Mengungkap Beban Gejala yang Tak Terlihat pada Penyintas Kanker Anak
Penelitian di St. Jude Children’s Research Hospital menyoroti beban gejala yang dialami penyintas kanker anak, menemukan bahwa banyak yang mengalami gejala moderat atau berat meskipun masih muda. Kecemasan pengasuh dan kondisi lingkungan berkontribusi signifikan terhadap beban ini, sementara makna hidup bertindak sebagai pelindung. Penelitian ini mendesak perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam pengelolaan kesehatan penyintas.
Diagnosis kanker anak dan perawatan yang menyertainya, seperti kemoterapi dan radiasi, adalah pengalaman yang cukup dikenal. Namun, pemahaman yang mendalam tentang beban gejala yang dialami pasien kurang diperhatikan. Beban gejala mengacu pada seberapa sering dan seberapa severe kondisi kesehatan abnormal yang dirasakan pasien, serta dampaknya terhadap tubuh dan emosi mereka. Penelitian tentang kualitas hidup dan beban gejala pasca pengobatan pada penyintas kanker anak masih berada pada tahap awal. Sementara penelitian terhadap faktor kontekstual dalam pengaruh kesehatan pada orang dewasa sudah dilakukan, hal yang sama belum cukup diperhatikan pada anak-anak. Penanganan manajemen gejala secara komprehensif sangat diperlukan dalam mendukung kesehatan penyintas kanker anak.
Peneliti di St. Jude Children’s Research Hospital sedang berupaya untuk mengidentifikasi cara untuk meningkatkan kesehatan jangka panjang penyintas kanker anak. Mereka menggunakan data dari St. Jude Lifetime Cohort Study (St. Jude LIFE) untuk mengumpulkan informasi dari penyintas yang datang kembali untuk evaluasi lanjutan seiring bertambahnya usia. St. Jude LIFE berfungsi untuk penilaian beban gejala yang dialami penyintas kanker, serta untuk memahami bagaimana faktor seperti kecemasan pengasuh dan kondisi lingkungan berdampak pada kualitas hidup mereka.
Penelitian baru yang diterbitkan di JAMA Network Open mengeksplorasi gejala fisik dan psikologis serta dampak faktor kontekstual terhadap penyintas kanker di bawah usia 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% penyintas melaporkan beban gejala keseluruhan yang sedang atau tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa kecemasan pengasuh berkontribusi signifikan pada beban gejala yang dialami anak.
I-Chan Huang, PhD, menekankan bahwa beban gejala tidak dapat diabaikan meskipun masa pemulihan telah berlalu. “Kita sering mengira penyintas muda dalam kondisi baik, tetapi tidak selalu aman untuk berasumsi seperti itu,” ungkap Huang. Penelitian mengkonfirmasi bahwa banyak penyintas mengalami efek lama dari pengobatan yang dapat meningkatkan beban gejala mereka.
Dengan menggunakan Social Vulnerability Index (SVI), penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan seperti kerentanan sosial juga berkontribusi pada beban gejala. Anak-anak dari area yang sangat rentan memiliki risiko lima kali lebih tinggi mengalami beban gejala tinggi. Di sisi positif, faktor perlindungan seperti makna dan tujuan hidup dapat mengurangi beban gejala, dengan memberikan kekuatan dan ketahanan bagi penyintas.
Beban gejala pada penyintas kanker anak adalah topik yang kurang diteliti dan penting. Kanker anak tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik tetapi juga signifikan terhadap kesejahteraan emosional dan psikologis mereka. Fokus pada bagaimana faktor eksternal mempengaruhi kesehatan penyintas dapat membuka jalan untuk intervensi yang lebih baik dan pemahaman yang lebih dalam tentang perawatan setelah terapi.
Studi ini menunjukkan pentingnya memahami beban gejala yang dialami penyintas kanker anak. Dengan mengidentifikasi pengaruh kecemasan pengasuh dan kondisi komunitas, serta faktor perlindungan seperti makna hidup, kita dapat mengembangkan intervensi yang lebih baik. Pendekatan menyeluruh dalam merawat penyintas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Sumber Asli: www.stjude.org
Post Comment