Disparitas Kanker: Tantangan dan Progres yang Mendorong Keadilan Kesehatan
Oya Gilbert mengalami kesulitan diagnosis dan mengidap myeloma ganda, kondisinya mencerminkan disparitas dalam perawatan kesehatan. Laporan 2024 oleh AACR menunjukkan kemajuan dalam pengobatan kanker, namun menyoroti disparitas besar berdasarkan ras dan lokasi. Lokasi berdampak pada risiko tertinggi kanker, yang menunjukkan perlunya pendanaan dan keberagaman dalam penelitian. Kesimpulan menyerukan keadilan kesehatan sebagai prioritas nasional.
Oya Gilbert, seorang pasien kanker, menghadapi tantangan dalam diagnosis penyakitnya, di mana dokter menganggapnya sebagai orang yang cemas dan hanya memberi pil penenang. Setelah belasan tahun mencari jawaban, tes darah dari perusahaan asuransi mengungkapkan bahwa ia mengidap myeloma ganda. Penelitian menunjukkan bahwa orang kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit ini. Hal ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut mengenai disparitas kanker.
Laporan Kemajuan Disparitas Kanker yang diterbitkan oleh American Association for Cancer Research (AACR) pada tahun 2024, menunjukkan bahwa meskipun kemajuan dalam pengobatan kanker telah terjadi, tidak ada keuntungan yang merata bagi semua populasi. Data menunjukkan bahwa pria kulit hitam lebih mungkin meninggal karena kanker prostat dibandingkan pria kulit putih, dan bahwa wanita kulit hitam juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat kanker payudara.
Laporan ini mengemukakan bahwa pengumpulan data yang disegregasi bisa lebih baik dalam menangkap beban kanker dalam komunitas minoritas. Melissa Adams, seorang pasien kanker payudara, mengkritik pengelompokan data statistik untuk populasi Asia dan penduduk asli Pasifik, yang merugikan pemahaman tentang masalah kesehatan mereka. Hal ini menunjukkan perlunya detail lebih lanjut dalam data penelitian.
Tempat tinggal seseorang juga sangat berpengaruh terhadap risiko kanker. Masyarakat di daerah terpencil atau rural memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk didiagnosis dan meninggal akibat kanker paru-paru. Penemu istilah “ZNA” (kode pos dan asosiasi lingkungan) menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor sosial ketika menganalisa disparitas kesehatan.
Panggilan untuk tindakan disampaikan dengan menyoroti kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar dalam penelitian kanker dan studi klinis. Laporan juga disebutkan pentingnya keberagaman dalam spesimen biologi dan peserta uji klinis, di mana banyak yang masih berasal dari populasi dengan latar belakang Eropa. Keragaman dalam tenaga kerja penelitian dan perawatan kanker juga ditekankan untuk meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan.
Kesimpulannya, laporan ini menyerukan agar keadilan kesehatan menjadi prioritas nasional. Para pemimpin diminta untuk segera melaksanakan kebijakan yang memastikan perawatan setara bagi semua populasi. Di tengah kemajuan ilmiah yang signifikan, penting agar masyarakat dan komunitas yang terpinggirkan tidak tertinggal dalam akses layanan kesehatan.
Disparitas kanker menggambarkan ketidaksetaraan dalam diagnosis, pengobatan, dan tingkat kematian akibat kanker di berbagai populasi. Masalah ini sering kali dipengaruhi oleh ras, etnis, status sosial ekonomi, dan lokasi geografis. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok minoritas dan mereka yang tinggal di daerah terpencil berisiko lebih tinggi mengalami hasil kesehatan yang buruk terkait kanker. Laporan oleh AACR menyoroti kesenjangan yang ada dan kemajuan yang telah dicapai, serta menyerukan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi kebutuhan ini.
Laporan ini menyimpulkan bahwa, meski penurunan angka kematian kanker telah terlihat, disparitas antara populasi tetap ada. Upaya lebih lanjut diperlukan untuk menjamin akses yang adil dalam perawatan kanker, terutama bagi kelompok yang terpinggirkan. Dengan perlunya kebijakan yang mendukung keadilan kesehatan, laporan ini mendorong kolaborasi antara pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah yang kompleks dan menghapus disparitas dalam perawatan kanker.
Sumber Asli: www.aacr.org
Post Comment