Loading Now

Kanker Serviks dan Kesuburan: Penelitian Terbaru

Pacien kanker serviks harus diberi informasi yang cukup mengenai dampak pengobatan terhadap kesuburan. Penelitian menunjukkan bahwa setengah dari pasien tidak diberi tahu tentang opsi pelestarian kesuburan. Meskipun beberapa pengobatan dapat mempengaruhi kesuburan, banyak wanita masih dapat hamil setelah pengobatan. Opsi pelestarian kesuburan seperti trakelektomi dan pembekuan embrio tersedia dan perlu dibahas sebelum pengobatan.

Jika Anda didiagnosis kanker serviks, Anda mungkin khawatir tentang dampaknya terhadap kemampuan untuk hamil. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dokter seringkali tidak memberikan informasi yang cukup tentang opsi perawatan dan kesuburan. Meskipun beberapa perawatan kanker serviks dapat merusak kesuburan, terdapat opsi untuk melindungi kemampuan hamil setelah pengobatan.

Sebuah studi baru dari JAMA Network Open menemukan bahwa hanya setengah pasien kanker berusia 18 hingga 49 tahun yang menerima informasi tentang cara melestarikan kesuburan mereka sebelum memulai pengobatan. Menurut Dr. Eleonora Teplinsky, “kesuburan” berarti kemampuan untuk hamil dan menjalani kehamilan.

“Sekali lagi, meskipun kami berharap semua dokter membahas pelestarian kesuburan, itu tidak selalu terjadi. Pasien perlu proaktif dalam menanyakan tentang kemungkinan dampak pengobatan terhadap kehamilan di masa depan,” tutur Dr. Teplinsky. Beberapa perawatan kanker serviks dapat memengaruhi kesuburan, tetapi banyak wanita yang masih dapat hamil setelah pengobatan.

Misalnya, sebuah studi baru menunjukkan bahwa hampir setengah pasien yang menjalani operasi penghematan kesuburan dapat berhasil hamil. Dr. Teplinsky menegaskan bahwa diagnosis kanker serviks tidak berarti Anda tidak akan bisa memiliki anak, meskipun tergantung pada stadium, luasnya penyakit, dan rencana pengobatan.

Opsi pelestarian kesuburan termasuk trakelektomi, di mana serviks diangkat tetapi rahim tetap utuh. Bagi yang tidak bisa menjalani operasi tersebut, ada opsi seperti pembekuan telur atau embrio, yang umumnya dapat dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

Untuk pasien yang menjalani radioterapi, transposisi ovarium bisa menjadi opsi untuk melindungi ovarium dari kerusakan akibat radiasi. Jika Anda berencana untuk memiliki anak setelah pengobatan kanker serviks, bicarakan dengan dokter Anda tentang opsi pelestarian kesuburan. Sangat penting untuk memulai diskusi ini lebih awal.

Bahkan jika dokter tidak membahas dampak kanker serviks terhadap kesuburan, informasi ini penting untuk merumuskan rencana pengobatan. Ajukan pertanyaan kepada dokter mengenai kemungkinan infertilitas dan langkah yang bisa diambil untuk melindungi kesuburan.

Dr. Teplinsky juga menganjurkan untuk bertanya tentang langkah-langkah yang dapat diambil jika ada potensi infertilitas. Jika dokter Anda tidak membahasnya, jangan ragu untuk meminta penjelasan tentang perlindungan kesuburan.

Untuk informasi lebih lanjut tentang kanker serviks dan kesuburan, kunjungi situs American Cancer Society. Dr. Teplinsky adalah anggota Dewan Editorial Informasi Pasien ASCO.

Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang dapat berpengaruh pada kesuburan wanita. Dengan adanya berbagai metode pengobatan, penting bagi pasien untuk memahami bagaimana pengobatan tersebut dapat berdampak pada kemampuan untuk hamil. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup untuk mempertimbangkan langkah-langkah pelestarian kesuburan sebelum memulai pengobatan. Ini memerlukan komunikasi yang baik antara pasien dan dokter.

Untuk pasien kanker serviks, penting untuk berkomunikasi dengan jelas dengan dokter tentang pelestarian kesuburan. Meskipun ada risiko, banyak wanita dapat tetap hamil setelah pengobatan. Ada berbagai opsi pelestarian kesuburan, termasuk trakelektomi dan pembekuan telur atau embrio. Mengadakan dialog proaktif dan bertanya mengenai dampak pengobatan terhadap kesuburan dapat memberi pasien lebih banyak kendali atas rencana perawatan mereka.

Sumber Asli: www.cancer.org

Sofia Peterson is an acclaimed investigative journalist whose work spans over 15 years, focusing on corporate ethics and accountability. Holding a degree in economics from the University of Helsinki, she seamlessly blends financial understanding with journalistic integrity. Sofia's meticulous investigative approaches have uncovered significant corporate malfeasance, leading to changes in policy and corporate governance. Renowned for her fearless commitment to truth and transparency, she is a mentor to aspiring journalists globally.

Post Comment