Pencegahan Kanker
Penelitian
BAYLOR, BAYLOR COLLEGE OF MEDICINE, BEN TAUB HOSPITAL, CANCER PREVENTION, CENTER, COLLEGE OF MEDICINE, EXERCISE, HOUSTON, KAREN RIGGINS, LANLAN SHEN, MEDICINE, NORTH AMERICA, NUTRITION, OF CALIFORNIA AT IRVINE, RESEARCH, SCIENCE, UNITED STATES, UNIVERSITY, UNIVERSITY OF CALIFORNIA AT IRVINE
Ines Alvarez
0 Comments
Ciri Khas Kanker Kolorektal Awal pada Minoritas Ras dan Etnis
Studi oleh Baylor College of Medicine menemukan fitur unik pada kanker kolorektal awal, terutama pada ras dan etnis minoritas. Penelitian ini mengidentifikasi perbedaan molekuler yang signifikan dan disarankan bahwa faktor lingkungan berkontribusi terhadap kesenjangan dalam insidensi dan mortalitas di antara populasi yang lebih muda. Temuan ini memberikan harapan untuk pengembangan biomarker dan intervensi pencegahan yang lebih efektif.
Kanker kolorektal umumnya terdiagnosis setelah usia 50 tahun, namun dalam beberapa tahun terakhir makin sering terdeteksi pada individu yang lebih muda, terutama di kalangan ras dan etnis minoritas. Penelitian terbaru yang diterbitkan di Clinical Epigenetics oleh para peneliti dari Baylor College of Medicine, University of California di Irvine, dan Ben Taub Hospital di Houston mengungkapkan fitur molekuler unik pada kanker kolorektal yang muncul lebih awal. Penelitian ini menunjukkan kesenjangan dalam insidensi dan mortalitas kanker di antara pasien tersebut.
Dr. Karen Riggins, asisten profesor di Baylor, mencatat, “Dalam praktik klinis, kami melihat lebih banyak orang muda yang didiagnosis dengan penyakit yang biasanya menyerang yang lebih tua. Sebagian besar adalah pasien dari kelompok minoritas yang sudah dalam kondisi lanjut dan prognosis buruk.” Studi ini dilakukan untuk menemukan penjelasan atas fenomena ini.
Dalam bentuk awal kanker kolorektal, terdapat perbedaan mencolok yang menandakan diketahuinya sifat-sifat yang unik dari kanker ini, yang dominan muncul di sisi kiri usus besar dan lebih agresif. Sekitar 80% kasus awal bersifat sporadis tanpa mutasi genetik yang jelas. Penelitian menunjukkan peningkatan insidensi di kalangan Hispanik dan Afrika Amerika, dengan survival lima tahun yang lebih rendah dibandingkan Kaukasia.
Faktor penyebab kesenjangan ini masih belum jelas. Peneliti mengusulkan bahwa faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan diet, stres, dan mikrobioma usus mungkin berkontribusi pada perbedaan tersebut. Mereka menyelidiki bagaimana pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi ekspresi gen tanpa mengubah urutan DNA yang mendasarinya, melalui modifikasi epigenetik.
Dysregulasi metilasi DNA adalah kunci dalam perkembangan kanker kolorektal. Penelitian ini mengidentifikasi perbedaan signifikan dalam modifikasi gen metabolik pada kelompok minoritas yang mengalami kanker kolorektal awal dibandingkan dengan pasien Kaukasia. Peneliti mengamati gen-gen yang berbeda secara metilasi seperti gen MFAP2, yang melindungi dari obesitas, serta gen risiko kanker APOL3 11 dan RNASEL.
“Studi ini penting karena memberikan informasi genom tingkat tinggi tentang penyakit ini, terutama pada populasi yang kurang terwakili.” – Riggins. Penelitian menegaskan bahwa memahami perbedaan dalam kanker kolorektal awal dan bentuk lambat, serta perbedaan antara populasi minoritas dan Kaukasia adalah krusial untuk intervensi pencegahan yang lebih efektif.
Hasil studi ini memberikan harapan dan mendorong penelitian lebih lanjut untuk memahami kondisi ini. Temuan ini juga memberikan wawasan tentang kemungkinan biomarker baru untuk memperkirakan risiko kanker dan agresivitas penyakit pada populasi yang kurang terwakili.
Kanker kolorektal sering di diagnosis setelah usia 50 tahun, namun penyakit ini kini lebih umum di kalangan orang yang lebih muda dan terutama menyerang kelompok minoritas. Penelitian ini menangani isu yang berkaitan dengan perbedaan insidensi dan mortalitas dalam kanker kolorektal awal, serta perbedaan genetik dan lingkungan yang mungkin berfungsi sebagai penyebab di balik fenomena ini.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kanker kolorektal awal di kalangan ras dan etnis minoritas memiliki fitur molekuler yang unik, secara signifikan berbeda dari bentuk kanker yang berkembang kemudian. Temuan ini mendorong penelitian lebih lanjut pada faktor-faktor lingkungan dan epigenetik serta pengembangan biomarker yang dapat membantu dalam diagnosis dan perawatan pasien. Penelitian ini juga mempertegas pentingnya representasi yang lebih baik dalam penelitian klinis untuk kelompok minoritas.
Sumber Asli: www.bcm.edu
Post Comment