Kombinasi Lima Obat Target Limfoma B Agresif
Penelitian di NIH berhasil mengembangkan rejimen pengobatan non-kemoterapi baru untuk limfoma B agresif, yaitu ViPOR, yang menghasilkan remisi lengkap dalam banyak kasus. Hasil dari uji klinis menunjukkan 37% pasien bebas dari penyakit dua tahun setelah pengobatan dengan efek samping ringan hingga sedang.
Para peneliti di National Institutes of Health (NIH) telah mengembangkan rejimen pengobatan non-kemoterapi yang menghasilkan remisi lengkap pada beberapa pasien dengan limfoma B agresif yang telah relaps atau tidak merespons pengobatan standar. Kombinasi lima obat yang dikenal sebagai ViPOR, yakni venetoclax, ibrutinib, prednison, obinutuzumab, dan lenalidomide, menargetkan berbagai jalur molekuler yang digunakan tumor limfoma B besar difus (DLBCL) untuk bertahan hidup.
Dalam uji klinis di National Cancer Institute (NCI), 50 pasien dengan DLBCL diuji dengan rejimen ViPOR. Dari 48 pasien yang dievaluasi, 54% mengalami penyusutan tumor yang signifikan, dan 38% dari mereka mengalami hilangnya tumor sepenuhnya (respons lengkap). Setelah dua tahun, 36% dari semua pasien masih hidup, dan 34% bebas dari penyakit, terutama pada dua subtipe spesifik DLBCL.
Dr. Christopher J. Melani dari NCI menyatakan, “Banyak pasien yang tidak merespons pengobatan standar biasanya akan meninggal dalam setahun. Kini, sebagian besar pasien masih hidup lebih dari dua tahun, dan beberapa lebih dari empat tahun.” Penelitian sebelumnya menemukan jalur genetik berbeda terkait dengan DLBCL, namun obat tunggal jarang memberi respon yang tahan lama karena tumor mampu beradaptasi.
Melani dan timnya menghipotesiskan bahwa kombinasi obat target yang menghambat banyak jalur kelangsungan hidup bisa menghasilkan respons yang lebih tahan lama. Penelitian laboratorium membantu merancang kombinasi lima obat yang diuji pada manusia. Obat diberikan secara simultan dalam siklus dua minggu, dengan jeda satu minggu antara siklus untuk mengurangi efek samping.
DLBCL adalah bentuk kanker yang sangat genetik heterogen, dan masih sulit untuk mengidentifikasi kombinasi obat terbaik untuk masing-masing pasien. Melani menjelaskan bahwa munculnya respons lengkap terutama terlihat pada dua subtipe DLBCL. ViPOR juga menunjukkan efikasi dengan 30% pasien yang tidak merespons CAR T-cell therapy, memberikan harapan pada pasien di masa depan.
Efek samping dari rejimen lima obat relatif ringan hingga moderat dibandingkan pengobatan standar, dengan hanya lima pasien yang harus menghentikan perawatan lebih awal. Tim KHN berencana mengadakan studi fase 2 yang lebih besar untuk mengkonfirmasi efektivitas ViPOR pada pasien dengan dua subtipe DLBCL yang disebutkan.
Limfoma B besar difus (DLBCL) adalah jenis kanker yang sangat umum, dengan banyak subtipe genetik yang membuat pengobatan kompleks. Meskipun berbagai terapi ditujukan untuk menyasar sifat unik dari tumor, resistensi terhadap pengobatan tetap menjadi tantangan besar di bidang onkologi. Penemuan baru dari NIH menawarkan harapan baru untuk pasien yang tidak merespons pengobatan sebelumnya.
Rejimen ViPOR menunjukkan potensi untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien DLBCL yang tidak merespons terapi standar sebelumnya. Dengan fokus pada penggabungan beberapa obat untuk mengatasi jalur kelangsungan hidup tumor, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengkonfirmasi manfaat ini dan menciptakan terapi yang lebih efisien bagi jenis kanker yang sulit diobati.
Sumber Asli: www.cancer.gov
Post Comment