Peran Sekolah Kesehatan Masyarakat Dalam Penelitian Kanker

Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg berfokus pada pengurangan kanker dan ketidaksetaraan di berbagai populasi. Biden memperkuat kebijakan kesehatan yang melindungi terhadap bahaya. Peneliti utama seperti Ashi Weeraratna, Elizabeth A. Platz, dan Gypsyamber D’Souza berkontribusi dalam memahami dan mengatasi kanker.

Penelitian di Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg Johns Hopkins berfokus pada pengurangan insiden, mortalitas, dan morbiditas kanker serta mengidentifikasi ketidaksetaraan beban kanker di berbagai populasi. Kebijakan publik kesehatan oleh Biden berkontribusi dalam melindungi masyarakat dari bahan kimia berbahaya dan memperluas akses asuransi. Di antara para ahli terkemuka terdapat Ashi Weeraratna, PhD, yang meneliti pergerakan sel kanker dan dampak sel normal di sekitar tumor seiring bertambahnya usia. Elizabeth A. Platz, ScD, MPH, menggunakan epidemiologi molekuler untuk memahami mekanisme insiden kanker dan pengembangkan strategi pencegahan serta pengobatan. Gypsyamber D’Souza, PhD, MS, MPH, fokus pada epidemiologi translasi untuk menjawab pertanyaan pasien dan kebijakan terkait pencegahan kanker dan penyakit menular.

Dalam konteks kesehatan masyarakat, kanker merupakan masalah utama yang mempengaruhi banyak individu di berbagai lapisan masyarakat. Upaya untuk mengurangi dampak kanker mencakup penelitian dan kebijakan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pencegahan dan perawatan. Di Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg, para peneliti berusaha mengidentifikasi tantangan dan solusi untuk memperbaiki kesehatan publik terkait kanker, termasuk disekitar kebijakan pemerintah yang baru.

Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg Johns Hopkins memainkan peran penting dalam penelitian kanker dan kebijakan kesehatan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh para ahli, diupayakan untuk mengurangi beban kanker melalui pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif. Kebijakan publik yang mendukung juga sangat penting dalam menghadapi tantangan yang ada.

Sumber Asli: publichealth.jhu.edu