Status ctDNA Prognostik untuk DFS dengan Celecoxib pada Kanker Kolon Stadium III

Status ctDNA positif terkait dengan kelangsungan hidup bebas penyakit (DFS) yang buruk, namun memperlihatkan taraf DFS yang lebih baik dengan celecoxib pada pasien kanker kolon stadium III setelah dioperasi. Penelitian ini menganalisis efek celecoxib dan peran ctDNA dalam pengobatan pasca operasi.

Hasil analisis subkelompok dari uji CALGB/SWOG 80702 menunjukkan bahwa status ctDNA pada pasien kanker kolon stadium III yang telah dioperasi berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup bebas penyakit (DFS). Pasien dengan ctDNA positif mengalami DFS lebih buruk secara keseluruhan, tetapi menunjukkan DFS yang jauh lebih baik dengan pengobatan celecoxib dibandingkan dengan plasebo. Dalam penelitian ini, 2524 pasien dipantau, dan efek celecoxib dibandingkan antara kelompok ctDNA positif dan negatif.

Para peneliti menemukan bahwa pasien ctDNA negatif memiliki angka DFS yang serupa baik setelah menerima celecoxib atau plasebo, yaitu sekitar 87%. Sebaliknya, pasien ctDNA positif yang menerima celecoxib menunjukkan angka DFS sebesar 41%, jauh lebih tinggi dibandingkan 22% pada kelompok plasebo. Temuan ini menunjukkan bahwa ctDNA dapat digunakan sebagai alat prognostik penting dalam menentukan strategi pengobatan pasca operasi.

Kanker kolon stadium III sering memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi meskipun telah dilakukan operasi dan kemoterapi. Status ctDNA, yang memberikan gambaran tentang keberadaan sel kanker sisa, dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam terapi adjuvan. Data ini diperoleh dari penelitian fase 3 CALGB/SWOG 80702, yang menguji peran celecoxib sebagai pengobatan tambahan bagi pasien kanker kolon pasca operasi.

Hasil penelitian menunjukkan pentingnya penggunaan status ctDNA dalam memprediksi kelangsungan hidup pasien kanker kolon stadium III setelah operasi. Pengobatan dengan celecoxib menunjukkan manfaat signifikan bagi pasien ctDNA positif, yang dapat membantu mengurangi risiko kekambuhan. Temuan ini mengarah pada strategi pengobatan yang lebih tepat pada populasi pasien ini.

Sumber Asli: www.onclive.com