Pencegahan Kanker
Penelitian
AFRICA, ANTIGUA AND BARBUDA, ASIA, CAMEROON, CANCER PREVENTION, CLINICAL TRIALS, COMMONWEALTH, COMMONWEALTH SECRETARIAT, DISEASE PREVENTION, EUROPE, GENEVA, HPV VACCINE, INDIA, MEDICINE, NORTH AMERICA, RESEARCH, ROCHE DIAGNOSTICS INTERNATIONAL, RWANDA, SWITZERLAND, TOGETHER FOR HEALTH, UTTAR PRADESH, WORLD HEALTH ORGANIZATION
Aiden Caldwell
0 Comments
Laporan Terbaru: Upaya Penghapusan Kanker Serviks di Negara Persemakmuran
Laporan dari Sekretariat Persemakmuran dan TogetHER mengeksplorasi upaya penghapusan kanker serviks di Persemakmuran, mencakup rekomendasi untuk meningkatkan vaksinasi, skrining, dan pengobatan. Beberapa studi kasus sukses mencerminkan efektivitas pendekatan terintegrasi dalam meningkatkan akses dan partisipasi, dengan seruan untuk tindakan lebih lanjut menjelang target WHO 2030.
Laporan terbaru dari Sekretariat Persemakmurans dan TogetHER untuk Kesehatan menyoroti upaya untuk mengeliminasi kanker serviks di negara-negara Persemakmuran, sejalan dengan Bulan Kesadaran Kanker Serviks di bulan Januari. Laporan ini dihasilkan setelah pertemuan bulat kebijakan yang diadakan pada 18 September 2024 di Kongres Kanker Dunia di Jenewa, di mana 24 ahli kesehatan berbicara tentang tantangan dan peluang dalam penghapusan kanker serviks.
Laporan “Memperkuat Jalur Menuju Penghapusan Kanker Serviks” menekankan kebutuhan mendesak akan akses yang setara terhadap vaksinasi HPV, skrining, dan pengobatan. Walaupun angka vaksinasi meningkat, para peserta menekankan pentingnya meningkatkan investasi dalam skrining dan pengobatan untuk memenuhi target WHO tahun 2030.
Laporan ini juga mencantumkan studi kasus sukses dari berbagai negara Persemakmuran. Di Antigua dan Barbuda, program piloting untuk skrining HPV di layanan kesehatan primer meningkatkan angka deteksi dini. Di Kamerun, program navigasi berbasis komunitas membantu wanita rural untuk menghadiri skrining dan mendapatkan pengobatan yang tepat waktu.
Inisiatif inovatif di India menawarkan pengujian HPV dengan pengambilan sampel sendiri, yang meningkatkan partisipasi skrining. Sementara di Rwanda, penggunaan sistem FAST membantu lebih dari 105,000 wanita untuk menjalani skrining dalam dua tahun dengan kemitraan lokal dan alat digital.
Rekomendasi dalam laporan menyarankan alokasi sumber daya secara merata untuk vaksinasi, skrining, dan pengobatan. Pentingnya penggunaan alat digital untuk pelacakan pasien dan mengatasi stigma melalui kampanye edukasi juga ditekankan. Pelatihan penyedia layanan kesehatan dalam metode skrining lanjutan pun diusulkan.
Laporan ini mengajak semua negara anggota untuk bersama-sama mengatasi tantangan dalam penghapusan kanker serviks dan berkomitmen pada keadilan kesehatan, terutama bagi perempuan di komunitas yang kurang terlayani. Kisah penyintas kanker serviks, seperti Karen Nakawala dari Zambia, menegaskan perlunya tindakan lebih cepat.
Dengan tenggat waktu 2030 untuk target WHO semakin dekat, Sekretariat Persemakmuran berupaya menerjemahkan rekomendasi ini menjadi tindakan nyata, memastikan masa depan yang bebas dari ancaman kanker serviks bagi perempuan dan gadis.
Upaya untuk mengeliminasi kanker serviks secara global semakin meningkat, terutama di negara-negara Persemakmuran, dengan pendekatan berbasis komunitas dan penguatan kerjasama. Laporan ini menyajikan langkah-langkah strategis untuk revisi kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan dan perawatan kanker serviks, termasuk mengenai vaksin HPV, skrining, dan pengobatan yang terintegrasi.
Laporan ini menggarisbawahi pentingnya strategi yang terkoordinasi untuk mengatasi kanker serviks di negara-negara Persemakmuran. Akses yang setara pada vaksinasi, skrining, dan pengobatan menjadi kunci untuk mencapai target WHO. Dengan mengoptimalkan pelaksanaan rekomendasi, harapannya akan tercipta komunitas yang mendukung pencegahan dan penanganan kanker serviks secara lebih efektif.
Sumber Asli: thecommonwealth.org
Post Comment