Kit Pengambilan Sampel HPV: Inovasi dalam Skrining Kanker Serviks

HPV self-sampling memperkenalkan cara lebih mudah dan nyaman untuk skrining kanker serviks, terutama bagi kelompok terpinggirkan. Studi menunjukkan bahwa banyak wanita merasa lebih nyaman dengan metode ini dibandingkan dengan tes Pap. Deteksi dini melalui pengambilan sampel ini sangat krusial untuk intervensi medis yang efektif.

Pengambilan sampel HPV mandiri menjanjikan kemudahan dalam skrining kanker serviks, memberikan kenyamanan dan kontrol lebih kepada penggunanya dibandingkan dengan tes Pap tradisional. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa kelompok yang kurang terlayani, termasuk pekerja seks dan korban kekerasan seksual, merasa terbantu dan mudah menggunakan kit ini. Sekitar sepertiga peserta terdeteksi memiliki virus HPV berisiko tinggi dan dirujuk untuk tes lanjutan.

Dr. Mandana Vahabi, penulis utama studi, menyatakan, “Kit sampel HPV mandiri sederhana dan praktis – mirip dengan tes COVID di rumah.” Metode ini memungkinkan individu untuk melakukan tes sendiri di lokasi dan waktu yang nyaman, serta mengurangi ketidaknyamanan yang biasanya dirasakan pada metode tradisional. Ini sangat membantu bagi kelompok budaya tertentu yang menghargai kesopanan, mengurangi stigma dan rasa malu.

Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa banyak peserta belum pernah melakukan tes Pap karena stigma terkait profesi, gaya hidup, atau identitas gender mereka. Terdapat lebih dari 100 strain HPV, di mana empat diantaranya berisiko tinggi bagi perkembangan kanker serviks. Peserta yang positif HIV berisiko tinggi akan disarankan untuk menjalani tes Pap untuk mendeteksi kelainan.

Vahabi menekankan pentingnya deteksi dini, dengan mengatakan bahwa intervensi dapat dimulai setelah kelainan terdeteksi, sama ada dengan pembedahan laser, cryosurgery, atau pengangkatan jaringan yang rusak. Ia mengadvokasi penggunaan kit ini untuk mengatasi banyak hambatan struktural yang dihadapi wanita dalam mengakses skrining, seperti kurangnya dokter utama.

Vahabi berharap pemerintah provinsi akan mengadopsi kebijakan yang mencakup pengambilan sampel HPV sebagai metode skrining kanker serviks. Ia mencatat, “Ternyata screening sangat menegangkan bagi pekerja seks karena stigma yang mereka hadapi”. Meskipun ada tantangan dalam memperluas penggunaan, termasuk ketidakpercayaan terhadap layanan kesehatan, Vahabi percaya bahwa instruksi yang jelas dapat membantu mengatasi kendala ini.

Pengetahuan publik tentang risiko dan gejala kanker serviks dan HPV masih terbatas. Vahabi menegaskan bahwa mengandalkan klaim yang mengasosiasikan individu dengan banyak pasangan seksual tidak efektif dalam meningkatkan kesadaran. Menyebarkan informasi bahwa HPV dapat mempengaruhi siapa saja dan mengharuskan vaksinasi serta skrining adalah kunci untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu penyebab utama kanker serviks, dengan lebih dari 100 strain, di mana beberapa di antaranya berisiko tinggi. Skrining rutin seperti tes Pap seringkali menjadi tantangan bagi kelompok tertentu, yang mengarah pada rendahnya tingkat deteksi dini. Menghadapi stigma dan ketidaknyamanan terkait urusan kesehatan reproduksi, kit pengambilan sampel HPV mandiri menawarkan solusi yang lebih inklusif dan bisa diakses.

Pengambilan sampel HPV mandiri dapat merevolusi skrining kanker serviks, terutama bagi kelompok yang terpinggirkan. Metode ini memberikan kontrol lebih besar kepada pengguna dan mengurangi stigma terkait. Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan peluang intervensi aparat kesehatan, sehingga penyebaran metode ini sangat diharapkan dalam kebijakan kesehatan masyarakat.

Sumber Asli: www.miragenews.com