Pencegahan Kanker
Penelitian
CALIFORNIA, CANCER PREVENTION, CELL THERAPY, CLINICAL TRIALS, DAHIYA, HPV VACCINE, MEDICINE, NORTH AMERICA, PALO ALTO, PATEL, RESEARCH, SA, SCHOOL, SCIENCE, SHYAM A. PATEL, STANFORD, STANFORD UNIVERSITY SCHOOL OF MEDICINE, UMASS, UMASS CHAN MEDICAL SCHOOL, UNITED STATES, WORCESTER
Ravi Patel
0 Comments
Strategi Pencegahan Kanker Sekunder Pasca Terapi CAR T-cell
Pengembangan strategi pencegahan SPC pasca CAR T-cell terapi berfokus pada optimisasi produksi sel T dan analisis risiko dari terapi sebelumnya. Kerjasama antara profesional kesehatan dan pasien dalam edukasi risiko sangat penting untuk mencegah SPC meskipun risiko tersebut rendah.
Strategi pencegahan kanker primer sekunder (SPC) pasca terapi CAR T-cell sedang dalam pengembangan, fokus pada optimisasi produksi sel T. Ditekankan bahwa pendekatan manufaktur dan bioengineering baru, serta identifikasi tempat aman genetik dalam genom sel T, penting untuk mencegah SPC. Selain itu, memahami terapi sebelumnya yang diterima pasien juga penting dalam menilai risiko SPC.
Dari hasil wawancara, Dr. Shyam A. Patel dan Dr. Saurabh Dahiya mencatat bahwa CAR T-cell terapi semakin banyak digunakan untuk indikasi non-kanker, yang mengurangi paparan terapi genotoksik sebelumnya. Komunikasi terbuka antara dokter dan pasien sangat penting untuk menjelaskan risiko perkembangan SPC yang meskipun rendah, perlu diperhatikan.
Pentingnya pencegahan primer terlihat pada produksi CAR T yang saat ini menggunakan integrasi semirandom virus. Hal ini dapat menyebabkan mutagenesis insersional; sebagai upaya pencegahan, diperlukan integrasi transgen yang spesifik menggunakan sistem CRISPR-Cas9. Penelitian lebih lanjut di bidang bioengineering diharapkan dapat mengurangi risiko ini.
Risiko SPC sering terkait dengan terapi sebelumnya dari pasien, seperti kemoterapi atau radiasi. Saat CAR T-cell terapi diperkenalkan lebih awal, data baru tentang insiden SPC diperkirakan akan muncul. Pemahaman yang lebih baik tentang faktor risiko dan terjadinya neoplasma mieloid juga akan dapat dicapai.
Pencegahan sekunder melibatkan identifikasi pasien yang berisiko tinggi, khususnya yang memiliki klonal hematopoiesis. Skrining pasien ini sebelumnya dapat meningkatkan deteksi risiko SPC. Meskipun belum ada konsensus untuk prosedur ini, edukasi risiko SPC penting untuk meningkatkan kesadaran pasien dan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai alternatif pengobatan.
Penting untuk menjaga komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien terkait risiko SPC. Risiko perkembangan SPC memang ada, tetapi umumnya jauh lebih rendah dibandingkan risiko kematian karena penyakit primer. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko ini berada pada kisaran 4% atau kurang.
Pendidikan yang tepat untuk dokter rumah sakit dan para profesional kanker sangat penting dalam mengatasi ketidaktahuan mengenai penyebab SPC setelah CAR T-cell terapi. Kerja sama dengan pusat keunggulan untuk memahami risiko dan merancang rencana perawatan lanjutan yang baik juga sangat diperlukan.
Terapi CAR T-cell menawarkan harapan baru untuk pengobatan kanker, tetapi juga ada risiko terbentuknya kanker sekunder setelah pengobatan. Studi yang lebih dalam perlu dilakukan untuk mengevaluasi risiko ini, memahami pengaruh terapi sebelumnya, dan mengembangkan teknologi bioengineering yang lebih aman untuk produksi sel T. Risiko SPC perlu dipahami di antara pasien dan dokter agar keputusan pengobatan dapat diambil dengan baik.
Pencegahan SPC setelah terapi CAR T-cell mencakup pencegahan primer dengan komunikasi terbuka mengenai risiko dan pengelolaan kanker dengan lebih aman melalui optimisasi produksi sel T. Pemahaman lebih dalam tentang faktor risiko seperti terapi sebelumnya dan klonal hematopoiesis akan membantu dalam pencegahan sekunder. Risiko SPC, meski ada, secara umum rendah dan terapi CAR T-cell tetap dianggap efektif.
Sumber Asli: www.onclive.com
Post Comment