Apakah Kopi dan Teh Menurunkan Risiko Kanker?
Studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat menurunkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker hati dan kolorektal, meskipun hasil untuk kanker payudara dan ovarium tidak konsisten. Penelitian menemukan bahwa peminum kopi berat memiliki risiko lebih rendah terkena kanker kepala dan leher. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami tepatnya bagaimana kopi dan teh mempengaruhi risiko kanker, serta kompleksitas interaksi yang terlibat.
Konsumen kopi dan teh semakin dipelajari oleh ahli epidemiologi kanker untuk memahami hubungan antara minuman ini dan risiko berbagai jenis kanker. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat menurunkan risiko kanker hati, endometrium, dan kolorektal, meskipun untuk kanker payudara dan ovarium hasilnya kurang konsisten. Analisis terbaru menunjukkan hubungan konsumsi kopi dan teh dengan penurunan risiko kanker leher dan kepala.
Caroline Um, PhD, dari American Cancer Society, menekankan bahwa bukti yang ada belum cukup untuk merekomendasikan konsumsi kopi atau teh sebagai pencegah kanker definitif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami risiko kanker yang terus meningkat, terutama di kalangan orang dewasa muda. Um meneliti data dari dua kohort studi gizi jangka panjang untuk menemukan hubungan lebih lanjut mengenai kopi dan kanker kolorektal.
Dalam penelitian yang dipublikasi, Yuan-Chin Amy Lee, PhD, menemukan bahwa peminum kopi kafein berat (empat cangkir atau lebih sehari) memiliki risiko kanker kepala dan leher lebih rendah dibandingkan non-peminum. Penelitian ini menyertakan analisis dari 14 studi yang melibatkan hampir 10.000 kasus dan 16.000 kontrol, menunjukkan bahwa risiko kanker orofaring, hipofaring, dan rongga mulut juga menurun dengan konsumsi kopi harian.
Lee dan Um mencatat bahwa komponen lain dalam kopi dan teh seperti polifenol mungkin berperan dalam menurunkan risiko kanker, bukan hanya kafein. Penelitian Lee menunjukkan bahwa konsumsi kopi, termasuk kopi tanpa kafein, terkait dengan penurunan risiko kanker rongga mulut yang signifikan, tetapi ada risiko lebih tinggi untuk kanker laring di antara peminum teh.
Kedua peneliti sepakat bahwa kompleksitas interaksi antara konsumsi kopi dan teh, metabolitnya, serta mikrobiota usus perlu diteliti lebih mendalam. Ada harapan bahwa penelitian lebih lanjut akan menjelaskan perbedaan risiko kanker terkait minuman ini, meskipun mengumpulkan data tentang kebiasaan mengonsumsi minuman dapat sulit karena budaya dan kebiasaan yang bervariasi di setiap negara.
Um menyatakan bahwa saat kebiasaan konsumsi kopi dan teh terus berkembang, tantangan besar muncul untuk mengikuti perubahan tersebut dalam konteks epidemiologi kanker. Penelitian mendalam diperlukan untuk memahami jenis dan persiapan kopi serta teh yang mempengaruhi risiko kanker, dan rekomendasi diet yang berlandaskan bukti mungkin masih jauh dari kenyataan.
Kesimpulannya, meskipun ada indikasi bahwa konsumsi kopi dan teh dapat berkontribusi terhadap penurunan risiko kanker tertentu, bukti tersebut belum cukup kuat untuk membuat rekomendasi definitif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan interaksi kompleks antara faktor diet, metabolit, dan risiko kanker, serta untuk memahami pergeseran kebiasaan konsumsi pada populasi muda. Peneliti menyatakan bahwa rekomendasi diet yang jelas mengenai kedua minuman ini masih memerlukan waktu dan bukti yang lebih banyak.
Sumber Asli: www.medscape.com
Post Comment