Loading Now

Misinformasi Kanker: Memisahkan Fakta dari Fiksi

Misinformasi mengenai kanker menyebar dengan cepat, sering kali lebih jauh dibandingkan informasi akurat. Hal ini berdampak negatif pada kesehatan psikologis dan fisik pasien. Akibatnya, penting bagi pasien untuk mengetahui cara mengenali informasi yang benar untuk menghindari konsekuensi yang merugikan, termasuk perlunya konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan tentang informasi kanker.

Misinformasi kanker tersebar lebih cepat daripada informasi akurat di media sosial, baik melalui posting publik, dari mulut ke mulut, maupun pesan pribadi. Konten yang salah ini mencakup klaim yang tidak didukung oleh konsensus ilmiah saat ini. Misinformasi tentang perawatan kanker dapat berupa klaim yang palsu, berlebihan, atau menyesatkan.

Studi menunjukkan bahwa 30% hingga 80% dari pos media sosial tentang kanker mengandung misinformasi, dengan lebih banyak yang terkait dengan perawatan kanker. Pasien yang didiagnosis dengan kanker dan jaringan dukungan mereka sering kali menerima nasihat yang tidak diminta, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Misinformasi ini dapat berdampak buruk pada kesehatan psikologis pasien kanker dan pendukung mereka, meningkatkan stres, keraguan diri, dan penyesalan atas keputusan yang lalu. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin menarik diri dari hubungan sosial untuk menghindari paparan terhadap misinformasi ini.

Kesehatan fisik pasien juga dapat terpengaruh jika mereka meninggalkan perawatan berbasis bukti demi pengobatan yang tidak teruji yang ditemukan di media sosial, yang bisa menggandakan risiko kematian. Sebaliknya, mengoreksi misinformasi dapat secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, dengan peningkatan lebih dari lima kali lipat untuk beberapa jenis kanker.

Pasien sangat rentan terhadap misinformasi saat mereka menghadapi stres dan putus asa, terutama saat kanker kembali, berkembang, atau tidak menanggapi perawatan yang direkomendasikan. Untuk membedakan antara fakta dan fiksi, ada kuis yang dapat membantu menguji pengetahuan Anda tentang misinformasi kanker.

Beberapa contoh kesalahan umum:
1. Semua pasien kanker, bahkan yang dianggap sembuh, akan mengalami kekambuhan dan mati – Fiksi.
2. Sikap tidak memengaruhi risiko terkena atau bertahan dari kanker – Fakta.
3. Bahan alami seperti kunyit atau cuka sari apel dapat menyembuhkan kanker – Fiksi.
4. Biopsi atau operasi kanker dapat menyebarkan kanker – Fiksi.
5. Ponsel dan saluran listrik dapat menyebabkan kanker – Fiksi.

Meskipun informasi tentang kesehatan terus berkembang, perlu diingat bahwa berbagai sumber menyampaikan informasi yang berbeda. Sebelum membuat perubahan pada perawatan yang direkomendasikan, selalu diskusikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda, termasuk dokter umum atau onkologis. Untuk mengenali misinformasi, lihat beberapa tanda umum, seperti kurangnya sumber yang tepercaya atau informasi yang bersifat emosional dan menakutkan.

Misinformasi tentang kanker menyebar dengan cepat melalui berbagai saluran, berdampak negatif pada kesehatan psikologis dan fisik pasien. Penting untuk mengenali fakta dan fiksi dalam informasi kesehatan. Melibatkan penyedia layanan kesehatan untuk klarifikasi informasi adalah langkah yang bijak sebelum mengubah atau menghentikan pengobatan yang telah direkomendasikan. Meningkatkan pemahaman tentang misinformasi ini dapat membantu pasien membuat keputusan yang lebih baik tentang kesehatan mereka.

Sumber Asli: studyfinds.org

Ravi Patel is an esteemed political analyst and journalist with two decades of experience. He graduated from the London School of Economics and has been at the forefront of reporting key political events shaping the global landscape. Known for his incisive commentaries and analytical pieces, Ravi’s work often dives deep into the political processes behind crucial decisions and their implications for civil society. His sharp insights have made him a trusted figure and sought-after commentator in media outlets worldwide.

Post Comment