Loading Now

Penelitian Baru Mungkinkan Perawatan Kanker Paru yang Lebih Personalisasi

Penelitian menyasar resistensi terapi pada karsinoma sel skuamosa paru (LUSC) yang umumnya menimpa perempuan. Dr. Momcilovic meneliti peran estrogen dan mTOR dalam resistensi, serta mengembangkan terapi yang lebih spesifik berdasarkan karakteristik tumor individu. Penelitian ini berpotensi meningkatkan respons pengobatan dan kualitas hidup pasien LUSC, yang semakin banyak dijumpai di kalangan perempuan.

Karsinoma sel skuamosa paru (LUSC) merupakan tipe kanker paru non-sel kecil yang berasal dari sel-sel skuamosa di saluran pernapasan. Jenis kanker ini seringkali berkaitan dengan riwayat merokok dan menyumbang sekitar sepertiga dari semua kasus kanker paru. Namun, pasien LUSC belum mendapatkan banyak manfaat dari terapi yang ditargetkan, karena LUSC hanya memiliki sedikit mutasi dalam gen penyebab kanker.

Dr. Milica Momcilovic, Asisten Profesor di UCLA, sedang meneliti resistensi karsinoma sel skuamosa terhadap terapi yang ditargetkan. Dengan dukungan dari American Lung Association, ia selidiki potensi terapi anti-estrogen untuk memperbaiki pengobatan LUSC pada wanita. “Saat ini, tidak ada pengobatan yang dirancang khusus untuk pasien perempuan,” kata Dr. Momcilovic.

Dr. Momcilovic bertujuan mengembangkan terapi yang lebih personifikasi untuk kanker paru dengan memahami karakteristik tumor setiap pasien. Penelitian ini mencakup identifikasi biomarker untuk meramalkan efektivitas terapi serta menguji kombinasi terapi baru yang mungkin lebih efektif daripada terapi standar saat ini.

Dalam penelitiannya, Dr. Momcilovic mempelajari sel kanker paru menggunakan eksperimen laboratorium dan model tikus. Ia menggabungkan biologi molekuler dan pencitraan untuk memahami fungsi dan respons sel kanker terhadap pengobatan. Salah satu protein yang diteliti adalah mTOR, yang berperan dalam fungsi sel dan sering tidak berfungsi dengan baik di sel kanker.

Obat TAK228 yang menghambat mTOR telah menunjukkan potensi memperlambat pertumbuhan tumor LUSC dan sedang dalam fase uji klinis. Namun, beberapa tumor LUSC tetap resisten terhadap TAK228. Dr. Momcilovic menemukan bahwa tikus jantan lebih sensitif terhadap TAK228 dibandingkan tikus betina, mungkin karena kadar estrogen yang lebih tinggi pada tikus betina.

Timnya juga mengidentifikasi gen GPER yang menjaga aktivitas jalur sinyal mTOR. “Penelitian lebih lanjut akan memperjelas bagaimana GPER dan molekul lain berkontribusi terhadap resistensi terapi di wanita,” tambahnya. “Resistensi terhadap terapi adalah tantangan utama dalam mencapai respons jangka panjang yang efektif pada kanker paru.” – Dr. Momcilovic

Penelitian ini sangat penting untuk mencari strategi baru mengatasi resistensi terapi guna meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas hidup pasien kanker paru perempuan. Harapannya, hasil penelitian ini dapat mengarah pada terapi yang lebih efektif dan berkurangnya jumlah kematian akibat kanker paru.

Penelitian oleh Dr. Momcilovic berfokus pada mengatasi resistensi terhadap terapi kanker paru, khususnya untuk karsinoma sel skuamosa. Dengan memahami interaksi estrogen dan mTOR, serta menggunakan terapi kombinasi, diharapkan dapat meningkatkan respons pengobatan dan kualitas hidup pasien, terutama wanita. Hal ini penting mengingat meningkatnya angka kematian kanker paru pada perempuan di AS.

Sumber Asli: www.lung.org

Marcus Johnson is a talented sports journalist who transitioned into general news reporting, bringing his passion for storytelling with him. A graduate of Northwestern University, he worked for a major sports network before expanding his focus to cover significant social movements within the sports industry and beyond. His unique perspective and engaging writing style have made him a favorite among readers, and he is known for his in-depth analyses of societal trends and their impact on communities.

Post Comment