Pencegahan Kanker
Penelitian
AA, AAKASH DESAI, BIRMINGHAM, CANCER PREVENTION, EUROPE, EXERCISE, KA, MD, MEDICINE, MPH, NEWYORK - PRESBYTERIAN HOSPITAL, O ’ NEAL CANCER CENTER, PAS, PASHTOON KASI, PRECISION MEDICINE, RESEARCH, SCIENCE, UNITED KINGDOM, UNIVERSITY OF ALABAMA, UNIVERSITY OF ALABAMA, BIRMINGHAM, WEI
Sofia Peterson
0 Comments
Peran ctDNA dalam Inovasi Perawatan Kanker
Teks ini membahas peran ctDNA dalam perawatan kanker, menyoroti manfaatnya dalam deteksi dini kanker, pemantauan terapi, dan identifikasi mutasi genetik. Para ahli mengamati bahwa ctDNA menawarkan solusi non-invasif yang lebih tolerable bagi pasien, dengan bukti bahwa ctDNA dapat memprediksi respons pengobatan dan hasil jangka panjang. Meskipun tantangan tetap ada, ctDNA diharapkan menggantikan metode tradisional dalam praktik klinis.
Peran ctDNA dalam perawatan kanker terus muncul, memainkan fungsi penting dalam diagnosis, pengobatan, dan manajemen beragam kanker seperti kanker gastrointestinal, kanker darah, dan tumor solid lainnya. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini, identifikasi penyakit sisa minimal (MRD), pemantauan respons pengobatan, serta penentuan mutasi genetik untuk terapi yang dipersonalisasi.
Dr. Aakash Desai dari University of Alabama menekankan bahwa “tes berbasis darah ini non-invasif dan sangat mudah untuk pasien, memberikan informasi penting tentang perilaku tumor.” Dengan dibandingkan dengan biopsi tradisional, ctDNA menawarkan pendekatan yang lebih tidak menyakitkan dalam deteksi kanker awal dan identifikasi MRD pasca pengobatan.
Dr. Pashtoon Kasi merekomendasikan analisis ctDNA untuk membantu pemilihan pengobatan bagi pasien yang tidak memiliki opsi biopsi berbasis jaringan. Dengan menggunakan ctDNA, dokter dapat menghindari pengobatan yang tidak perlu dan lebih fokus pada pasien yang membutuhkannya. Dalam uji klinis, ctDNA digunakan untuk pengetesan profil molekuler tumor dan evaluasi respons pengobatan.
Berdasarkan analisis dari trial ADAURA, ctDNA dapat mendeteksi perkembangan penyakit lebih cepat daripada pencitraan. Di kanker kolorektal, ctDNA membantu menentukan siapa yang lebih membutuhkan kemoterapi pasca operasi. “CtDNA adalah alat prognostik terkuat kami dalam kanker kolorektal,” kata Dr. Kasi.
Penggunaan ctDNA berkembang di berbagai tipe kanker lain seperti kanker payudara, paru, pankreas, dan melanoma, dengan tujuan serupa yakni membantu pemilihan dan pemantauan respons pengobatan. FDA telah menyetujui beberapa assay diagnostik berbasis ctDNA untuk membantu identifikasi mutasi gen spesifik.
ctDNA juga memperlihatkan potensi dalam terapi imun-onkologi dengan mengungkapkan beban mutasi tumor (TMB). Hal ini membantu dalam pemilihan pasien untuk terapi yang lebih efektif berdasarkan TMB tinggi. Meskipun tantangan terus ada, ctDNA diharapkan menjadi bagian penting dari pendekatan pengobatan kanker yang lebih presisi.
Dalam kanker darah, ctDNA lebih berfokus pada pemantauan penyakit dan respons terhadap terapi. Dr. Ann LaCasce menekankan peran ctDNA dan PET scan dalam memprediksi hasil pengobatan.
“Kami maju cepat dalam menggunakan ctDNA untuk memprediksi hasil pasien,” jelas LaCasce. Monitoring ctDNA setelah terapi dimulai dapat menunjukkan efektivitas pengobatan, di mana penurunan ctDNA menandakan respons positif, sementara kenaikan mungkin menunjukkan resistensi.
Meskipun bukti mengenai utilitas ctDNA terus meningkat, ada berbagai tantangan integrasi ke dalam praktik klinis. Dr. Kasi mencatat adanya perbedaan pendapat di komunitas medis tentang adopsi ctDNA, menekankan perlunya panduan untuk penggunaannya agar dapat lebih efektif dalam perawatan kanker.
Masa depan ctDNA menjanjikan, dengan harapan dapat menjadi arus utama dalam manajemen NHL dan Hodgkin lymphoma. “CtDNA adalah salah satu teknologi yang muncul besar bagi kami,” tutup LaCasce. Dr. Lewis menambahkan bahwa kita perlu memahami penggunaan yang tepat dan batasan ctDNA dalam praktik klinis modern.
Kesimpulannya, ctDNA berperan penting dalam perawatan kanker, memberikan pendekatan non-invasif yang memungkinkan deteksi dini, pemantauan respons terapi, dan identifikasi penyakit sisa. Meskipun tantangan integrasi serta perbedaan pandangan ada, bukti yang mendukung ctDNA sebagai alat prognostik dan terapeutik terus meningkat. Kolaborasi antara klinisi, peneliti, dan pasien tetap penting untuk memaksimalkan potensi teknologi ini.
Sumber Asli: www.targetedonc.com
Post Comment