Pendekatan Baru dalam Terapi Radiasi Kanker Payudara
Terapi radiasi adalah komponen kunci dalam pengobatan kanker payudara. Pendekatan inovatif seperti terapi radiasi parsial dan FLASH bertujuan mengurangi efek samping, serta meningkatkan efektivitas pengobatan. Penelitian terus berlanjut untuk memahami lebih dalam biologi radiasi dan interaksinya dengan sistem imun.
Terapi radiasi merupakan bagian integral dalam pengobatan kanker payudara, dengan lebih dari setengah pasien menerima terapi ini. Dr. Frederick M. Dirbas dari Stanford Cancer Institute membahas tentang inovasi dalam terapi radiasi yang lebih efisien dan risiko efek samping yang lebih rendah. Pasien kanker payudara sering memilih lumpektomi dibandingkan mastektomi, di mana terapi radiasi membantu mengurangi risiko kekambuhan kanker hingga 10% atau kurang. Berdasarkan penelitian, bahkan ada kemungkinan kelangsungan hidup yang lebih baik bagi pasien yang menjalani lumpektomi dan terapi radiasi.
Berbagai kemajuan dalam terapi radiasi kini memungkinkan pengurangan durasi perawatan dari enam pekan menjadi tiga pekan atau bahkan satu pekan untuk pasien terpilih. Terapi radiasi parsial memfokuskan paparan hanya pada area yang terkena, mengurangi paparan jaringan sehat. Stanford menjadi pelopor dalam penggunaan terapi radiasi parsial, termasuk terapi radiasi intraoperatif yang memberi dosis radiasi langsung saat lumpektomi dilakukan.
Konsep lumpektomi ulang diikuti terapi radiasi kini juga diperhatikan sebagai alternatif bagi pasien dengan kekambuhan lokal yang dulunya disarankan untuk melakukan mastektomi. Selain itu, penggunaan biopsi kelenjar sentinel mengurangi risiko limfedema dibandingkan dengan pengangkatan kelenjar getah bening total, sehingga kebanyakan pasien kini lebih sering mendapatkan pengobatan dengan biopsi sentinel.
Kemajuan dalam terapi radiasi diperlukan untuk mengurangi efek samping bagi pasien. Meskipun banyak pasien mentoleransi terapi ini dengan baik, efek samping yang bisa timbul mencakup kelelahan, nyeri kulit, hingga masalah psikologis. Perbaikan dalam terapi radiasi pun berpotensi besar karena diperkirakan akan ada lebih dari 4 juta penyintas kanker payudara yang mendapatkan terapi radiasi pada 2030.
Salah satu pendekatan baru adalah FLASH (Fast Radiotherapy), yang memungkinkan pemberian radiasi ultra-cepat lebih dari 40 gray/detik. FLASH terbukti efektif dalam membunuh sel kanker dengan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan terapi konvensional. Penelitian pada model hewan menunjukkan FLASH hanya menyebabkan depigmentasi kulit, dibandingkan dengan ulserasi yang diakibatkan terapi konvensional.
Studi lanjutan mengenai efektivitas FLASH terhadap tumor kanker payudara manusia sedang dilakukan. Ada harapan bahwa pendekatan ini dapat membuat pasien lebih nyaman menjalani terapi radiasi dan mempertahankan kualitas hidup mereka lebih baik.
Akhirnya, pemahaman yang lebih dalam tentang respons DNA terhadap radiasi dan interaksinya dengan sistem imun akan meningkatkan efektivitas terapi radiasi. Kesempatan untuk menjelajahi sinergi antara terapi radiasi dan imunoterapi menjadi fokus penelitian, dengan pendekatan baru yang dijajaki untuk meningkatkan efek anti-kanker. Dr. Lingyin Li dan Dr. Aaron Newman di Stanford juga berkolaborasi untuk memahami lebih lanjut biologi radiasi di kanker payudara dan mengurangi kerusakan jaringan normal.
Pengobatan kanker payudara melalui terapi radiasi terus berkembang, dengan upaya untuk mengurangi durasi dan efek samping. Metode baru seperti FLASH berpotensi meningkatkan efektivitas dan kenyamanan pasien. Upaya penelitian terus dilakukan untuk memahami interaksi antara radiasi dan sistem imun, yang dapat membantu mengembangkan terapi yang lebih baik dan lebih aman di masa depan.
Sumber Asli: med.stanford.edu
Post Comment