BPOM Mempercepat Sertifikasi Obat Kanker untuk Meningkatkan Akses

BPOM mempercepat sertifikasi obat kanker untuk menurunkan harga dan meningkatkan akses. Rencana Nasional Kanker 2024–2034 ditujukan untuk menangani kanker serviks, payudara, paru-paru, dan kolorektal. BPOM akan menetapkan batas harga eceran, sementara tingginya biaya riset menjadi tantangan.

Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyatakan pada hari Rabu bahwa obat kanker termasuk produk inovatif. Dia menegaskan bahwa mempercepat proses sertifikasi dan memproduksi bahan baku secara lokal dapat menurunkan harga obat kanker. Selain itu, BPOM akan menetapkan batas harga eceran untuk mencegah manipulasi harga. Tantangan saat ini adalah tingginya biaya riset, pengembangan, dan uji klinis obat kanker.

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Rencana Nasional Kanker 2024–2034 untuk menangani empat jenis kanker prioritas, yaitu kanker serviks, kanker payudara, kanker paru-paru, dan kanker kolorektal. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kementerian Kesehatan, menjelaskan bahwa rencana ini melibatkan tenaga kesehatan, industri farmasi, serta publik. Pengembangan obat dan alat medis dalam negeri penting untuk meningkatkan layanan kanker.

Tarmizi mencatat, kanker adalah penyakit katastropik dengan sekitar 408.661 kasus baru dan 242.988 kematian setiap tahun. Angka mortalitas di kalangan orang dewasa mencapai 70%, menandakan rendahnya angka kelangsungan hidup. Pada anak-anak, hampir 70-80% kasus kanker berujung kematian karena biasanya terdiagnosis pada stadium 3 atau 4.

Pemerintah Indonesia berkomitmen mempercepat proses sertifikasi obat kanker untuk menurunkan harga dan meningkatkan aksesibilitas. Rencana Nasional Kanker 2024–2034 akan fokus pada pengembangan obat dalam negeri dan melibatkan berbagai pihak untuk meningkatkan layanan kanker. Batasi harga eceran dan dorong penelitian dilakukan untuk mengurangi beban biaya perawatan kanker.

Sumber Asli: en.antaranews.com