Mereprogram Sel Kanker Agresif Menjadi Sel Tidak Berbahaya
UCLA scientists have discovered a method to treat glioblastoma by reprogramming aggressive cancer cells into harmless ones using a combination of radiation therapy and forskolin. This strategy induces a dormant state in glioblastoma cells, leading to prolonged survival in mouse models. The research highlights the potential for a new treatment avenue for this deadly brain cancer, which has limited effective therapies.
Penelitian di UCLA telah menemukan strategi baru untuk mengobati glioblastoma, jenis kanker otak paling mematikan, dengan mereprogram sel kanker agresif menjadi sel yang tidak berbahaya. Gabungan terapi radiasi dan senyawa asal tumbuhan bernama forskolin dapat membuat sel glioblastoma berada dalam keadaan dorman, sehingga tidak dapat membelah atau menyebar. Hasil studi ini dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences dan menunjukkan bahwa penambahan forskolin pada radiasi dapat memperpanjang kelangsungan hidup pada percobaan di tikus.
Glioblastoma sulit diobati karena sel kanker dapat membelah secara tidak terkendali dan penghalang darah-otak yang membatasi efektivitas terapi. Pengobatan standar saat ini meliputi operasi, kemoterapi, dan radiasi, tetapi tetap tidak banyak berubah selama dua dekade. Masalah kunci adalah kemampuan sel punca glioma untuk menghasilkan kembali tumor setelah pengobatan, yang sering menyebabkan kegagalan terapi konvensional.
Penelitian menunjukkan bahwa radiasi tidak hanya membunuh beberapa sel glioblastoma tetapi juga menciptakan keadaan fleksibilitas sementara pada sel-sel punca glioma. Peneliti menemukan metode untuk memanfaatkan fleksibilitas ini dengan menggunakan forskolin untuk mendorong sel menjadi keadaan seperti neuron atau mikroglia. Ini mengurangi potensi sel untuk tumbuh kembali menjadi tumor, mengubah identitas sel kanker menjadi bentuk yang kurang berbahaya.
Studi ini melibatkan analisis perubahan perilaku sel dengan menggunakan pengurutan RNA untuk mempelajari efek kombinasi forskolin dan radiasi. Hasil menunjukkan bahwa forskolin dapat menembus penghalang darah-otak dan menghambat pertumbuhan tumor. Pada model tikus, pengobatan kombinasi ini memperpanjang kelangsungan hidup, dari 34 hari menjadi 48 hari dan pada model glioma kurang agresif meningkat hingga 129 hari.
Hasil penelitian juga mengejutkan peneliti, karena ada perubahan sel glioma menjadi sel mirip mikroglia, yang biasanya berasal dari perkembangan yang berbeda. Peneliti berharap bahwa dengan memanfaatkan plastisitas sel glioma, penelitian ini dapat mengubah standar pengobatan glioblastoma. Meskipun hasilnya menjanjikan, peneliti mencatat bahwa beberapa tikus mengalami kekambuhan, sehingga memerlukan pengoptimalan dosis untuk hasil jangka panjang yang lebih baik.
Penelitian di UCLA menawarkan metode baru yang menjanjikan dalam mengobati glioblastoma dengan mereprogram sel kanker agresif menjadi sel yang tidak berbahaya menggunakan kombinasi radiasi dan forskolin. Pendekatan ini menunjukkan potensi untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien, meskipun masih ada tantangan untuk mengatasi kekambuhan tumor. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan efektivitas terapi ini.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com
Post Comment