Reprogramming Sel Kanker Glioblastoma Menjadi Tidak Berbahaya
UCLA mengungkap potensi baru dalam mengobati glioblastoma melalui reprogramming sel kanker agresif menjadi tidak berbahaya dengan kombinasi radiasi dan forskolin. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengobatan ini berhasil memperpanjang masa hidup tikus, memberikan harapan baru bagi pasien glioblastoma yang biasanya memiliki pilihan pengobatan sangat terbatas.
Penelitian dari ilmuwan UCLA menunjukkan potensi baru dalam mengobati glioblastoma, jenis kanker otak yang paling mematikan, dengan mereprogram sel kanker agresif menjadi sel yang tidak berbahaya. Dalam penemuan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, mereka menggabungkan terapi radiasi dengan senyawa alami dari tanaman, forskolin, yang mampu membuat sel glioblastoma berada dalam keadaan diam sehingga tidak dapat membelah atau menyebar.
Dalam uji coba pada tikus, kombinasi radiasi dan forskolin berhasil memperpanjang masa hidup, memberikan harapan baru bagi pasien yang biasanya hanya memiliki masa hidup sekitar 15 hingga 18 bulan setelah diagnosis. Dr. Frank Pajonk dari UCLA menjelaskan bahwa radiasi menyebabkan fleksibilitas sementara pada sel-sel kanker, yang dapat dimanfaatkan dengan memberi forskolin pada waktu yang tepat untuk mengubah sel-sel ini menjadi bentuk yang kurang berbahaya.
Glioblastoma diketahui sukar diobati karena kemampuannya untuk membelah secara tak terkendali dan adanya hambatan darah-otak yang mengurangi efektivitas terapi. Metode pengobatan saat ini, seperti bedah, kemoterapi, dan radioterapi, mengalami stagnasi selama dua dekade dan dihadapkan pada tantangan dari sel punca glioma yang mampu meregenerasi tumor setelah pengobatan. Dengan memahami fleksibilitas sel, peneliti berusaha mengubah identitas sel untuk mencegah tumor tumbuh kembali.
Tim peneliti mengevaluasi efek kombinasi radiasi dan forskolin terhadap perilaku seluler, seperti ekspresi penanda neuronal dan proliferasi sel. Dengan menggunakan urutan RNA, peneliti menemukan bahwa forskolin dapat menembus penghalang darah-otak, memperlambat pertumbuhan tumor di tikus, dan pada beberapa kasus, menyebabkan kontrol tumor jangka panjang.
Hasil menunjukkan bahwa metode ini memperpanjang masa hidup tikus, dengan memperbaiki harapan hidup dari 34 menjadi 48 hari pada model tumor agresif. Pada model glioma yang kurang agresif, kombinasi pengobatan ini meningkatkan masa hidup hingga 129 hari, dibandingkan dengan hanya 43,5 hari pada radiasi sendirian. Temuan ini menunjukkan potensi metode terapi ganda untuk meningkatkan survival pada pasien glioblastoma.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi terapi radiasi dengan forskolin dapat merevolusi pengobatan glioblastoma, dengan cara memperpanjang masa hidup pasien dan mengubah sel kanker menjadi bentuk yang lebih aman. Meski hasil awal menjanjikan, peneliti tetap perlu mengatasi tantangan terkait kekambuhan tumor untuk meningkatkan daya tahan jangka panjang dari pengobatan ini.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com
Post Comment