Rwanda Maju dalam Pengendalian Kanker Fokus pada Kanker Serviks dan Pengembangan Tenaga Kesehatan
Rwanda sedang meningkatkan usaha pengendalian kanker, dengan fokus pada kanker serviks dan pengembangan tenaga kesehatan. Tinjauan oleh IAEA, WHO, dan IARC mengungkap kemajuan namun juga tantangan yang tersisa. Dukungan pelatihan dan investasi diperlukan untuk memperluas akses layanan kanker di seluruh negeri.
Rwanda telah mengambil langkah signifikan untuk mengatasi kanker yang dapat dicegah di seluruh negeri. Tindakan ini meliputi peningkatan layanan kanker, pengembangan dokumen tata kelola, dan pelatihan profesional onkologi. Namun, masih ada tantangan dalam meningkatkan akses terhadap perawatan kanker secara menyeluruh di negara tersebut.
Tinjauan imPACT oleh IAEA, WHO, dan IARC yang selesai pada Januari menunjukkan kapasitas dan kebutuhan sistem kesehatan Rwanda dalam mengatasi kanker. “Tinjauan ini sangat tepat waktu, karena Rwanda sedang meluncurkan Rencana Pengendalian Kanker Nasional 2025–2029 dan Strategi Akselerasi Eliminasi Kanker Serviks,” ungkap Claude Mambo Muvunyi, Direktur Jenderal Pusat Biomedis Rwanda.
Dengan lebih dari 7000 diagnosis baru dan lebih dari 4800 kematian per tahun, kanker menjadi perhatian kesehatan yang terus tumbuh di Rwanda. Kanker serviks mencatatkan kasus tertinggi di wanita, sementara prostate kanker mendominasi pria. Tim imPACT bertemu dengan pihak berwenang dan pemangku kepentingan untuk memahami lebih baik lanskap pengendalian kanker di negara tersebut.
Tim menghargai komitmen Rwanda dalam menguatkan kontrol kanker dan kemajuan signifikan sejak tinjauan sebelumnya pada 2014. Tim ini juga mendesak agar investasi publik/swasta di bidang kesehatan meningkat serta pentingnya memasukkan pengendalian kanker ke dalam program kesehatan lainnya.
Meskipun ada kemajuan, tantangan tetap ada, termasuk distribusi layanan kesehatan yang tidak merata dan ketergantungan pada pendanaan eksternal. Dengan dua akselerator linier, Rwanda menyediakan beberapa layanan radioterapi, namun masalah pemeliharaan mesin menghambat akses tepat waktu ke perawatan. Tim imPACT merekomendasikan perluasan layanan radioterapi ke luar ibu kota dan investasi dalam pelatihan staf.
Melalui inisiatif Rays of Hope, IAEA berkomitmen untuk menjembatani kesenjangan dalam akses perawatan kanker secara global. Dukungan IAEA juga termasuk saran ahli dalam merancang layanan radioterapi di Rwanda, yang telah membuka pusat radioterapi pertamanya pada 2019.
Rwanda menunjukkan kemajuan dalam pengendalian kanker, terutama kanker serviks, melalui pembentukan rencana dan pelatihan profesional. Meskipun ada tantangan dalam distribusi layanan dan pendanaan, fokus pada pendidikan dan investasi domestik sangat penting untuk meningkatkan akses terhadap perawatan. Dukungan dari IAEA dan mitra internasional akan membantu Rwanda dalam memperkuat infrastruktur kesehatannya.
Sumber Asli: www.iaea.org
Post Comment