Rekomendasi Skrining Kanker Kolorektal dan Inovasi Masa Depan
Kanker kolorektal adalah penyebab kematian kanker kedua terbanyak. Rekomendasi skrining diturunkan dari usia 50 menjadi 45. Kolonoskopi tetap menjadi metode utama, sementara tes darah berkembang sebagai alternatif non-invasif, meski memiliki akurasi yang belum optimal. Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas skrining.
Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua terbanyak. Meskipun angka kasus menurun pada orang berusia di atas 50 tahun, meningkat pada yang di bawah 50 tahun. Untuk itu, rekomendasi awal skrining usia diturunkan dari 50 menjadi 45 tahun. Faktor penyebab meningkatnya kanker kolorektal pada usia muda masih belum diketahui pasti, meski beberapa dugaan termasuk obesitas dan perubahan lingkungan.
Skrining kanker kolorektal paling umum dilakukan melalui kolonoskopi atau tes skrining berbasis tinja. Kolonoskopi dilakukan setiap 10 tahun, sementara tes berbasis tinja setiap 1-3 tahun. Kolonoskopi lebih diutamakan untuk populasi berisiko tinggi, sedangkan populasi berisiko rata-rata bisa memilih salah satu sesuai rekomendasi dokter.
Ladabaum menyebutkan bahwa strategi skrining lain, seperti tes darah, perlu pengembangan untuk menemukan lesi prakanker yang lebih maju. Pengujian berbasis darah dapat menjadi alternatif bagi mereka yang enggan menjalani kolonoskopi. Namun, tes ini saat ini menunjukkan sensitivitas yang lebih rendah dalam mendeteksi polip prakanker lanjut dibandingkan kolonoskopi dan tes berbasis tinja.
Sementara tes darah pertama yang disetujui memiliki tingkat sensitivitas 83% untuk mendeteksi kanker kolorektal, hanya 13% untuk polip prakanker lanjut. Ladabaum menekankan pentingnya peningkatan akurasi tes darah agar lebih efektif dalam mendeteksi tahap awal kanker kolorektal di masa depan. Jika dikembangkan dengan baik, tes darah dapat mengubah cara skrining dilakukan dan menawarkan opsi yang tidak invasif bagi pasien.
Pentingnya skrining kanker kolorektal semakin meningkat, khususnya di kalangan orang di bawah usia 50 tahun. Skrining kolonoskopi tetap menjadi pilihan utama, tetapi inovasi seperti tes darah menawarkan alternatif non-invasif. Namun, akurasi dari tes ini masih perlu ditingkatkan agar bisa lebih efektif dalam mendeteksi kanker pada tahap awal. Penerapan strategi yang tepat akan mempengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan.
Sumber Asli: med.stanford.edu
Post Comment