Hubungan Nyeri dengan Penggunaan Tembakau dan Ganja pada Penyintas Kanker
Studi menunjukkan bahwa nyeri kronis pada penyintas kanker berhubungan dengan peningkatan penggunaan tembakau dan ganja. Penelitian ini menggunakan dua dataset nasional untuk mengeksplorasi hubungan ini. Dampak nyeri termasuk kelelahan, masalah tidur, dan kesehatan mental yang buruk. Dr. Powers menggarisbawahi perlunya intervensi penghentian zat yang terintegrasi untuk penyintas kanker.
Sebuah studi dalam jurnal Cancer menunjukkan bahwa nyeri berhubungan dengan peningkatan risiko penggunaan tembakau dan ganja di kalangan penyintas kanker. Sekitar sepertiga pasien kanker mengalami nyeri kronis. Penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara nyeri dan penggunaan zat non-opioid pada populasi umum, tetapi hal ini kurang dieksplorasi pada penyintas kanker.
Penelitian oleh Jessica M. Powers, PhD, dan rekan menggunakan dua dataset nasional untuk mengeksplorasi hubungan ini. Dataset pertama, Wave 6 dari Population Assessment of Tobacco and Health Study, melibatkan 1252 pasien dewasa yang melaporkan memiliki riwayat kanker. Sekitar 31% pasien saat ini mengalami kanker, sementara 69% dalam remisi.
Ditemukan bahwa tingginya intensitas nyeri dalam minggu sebelumnya berhubungan dengan peningkatan penggunaan rokok dan rokok elektronik. Selain itu, nyeri juga terkait dengan peningkatan risiko penggunaan ganja dalam 30 hari terakhir. Intensitas nyeri minggu sebelumnya dan merokok berhubungan dengan kelelahan serta kesehatan fisik dan mental yang lebih buruk, meskipun berhubungan dengan tingkat penggunaan alkohol yang lebih rendah.
Dataset kedua adalah National Health Interview Survey 2020 dengan 4130 pasien dewasa. Penyintas kanker dengan nyeri kronis lebih cenderung melaporkan penggunaan rokok, tetapi nyeri kronis berhubungan dengan penurunan tingkat penggunaan alkohol dalam 12 bulan terakhir. Nyeri kronis dan merokok juga berkontribusi pada kelelahan, sulit tidur, serta gangguan kecemasan dan depresi.
Dr. Powers menekankan pentingnya mengembangkan intervensi penghentian zat yang disesuaikan untuk penyintas kanker dengan nyeri kronis. Meski ada penelitian yang menjelajahi intervensi manajemen nyeri dan penghentian merokok terintegrasi, belum ada intervensi yang ditujukan untuk penggunaan ganja dan alkohol di antara populasi ini.
Penelitian menunjukkan bahwa nyeri kronis pada penyintas kanker berhubungan dengan peningkatan penggunaan tembakau dan ganja. Pentingnya pengembangan intervensi khusus untuk penghentian penggunaan zat pada populasi ini sangat ditekankan. Koneksi antara nyeri, kesehatan mental, dan penggunaan zat memerlukan perhatian lebih lanjut dari penyedia layanan kesehatan.
Sumber Asli: www.oncologynurseadvisor.com
Post Comment