Protein Pengedit RNA Menawarkan Harapan untuk Pengobatan Kanker dan Penyakit Autoimun
Penelitian di Rice University mengungkapkan fungsi penting ADAR1 dalam pengeditan RNA dan pengaturannya terhadap sistem kekebalan, dengan potensi aplikasi dalam kanker dan gangguan autoimun. Temuan ini merekomendasikan pengembangan strategi terapeutik baru.
Penelitian di Rice University telah mengungkap wawasan molekuler baru tentang ADAR1, protein pengedit RNA yang penting dalam pengaturan sistem kekebalan. Studi ini, yang diterbitkan di Molecular Cell, menjelaskan analisis biokimia dan struktural tentang cara ADAR1 mengedit RNA, yang membuka jalan bagi strategi terapeutik baru untuk kanker dan penyakit autoimun.
ADAR1 (adenosine deaminase acting on RNA 1) mengubah RNA dengan mengonversi adenosin (A) menjadi inosinin (I) dalam RNA dua untai (dsRNA). Proses ini mencegah sistem kekebalan menyerang RNA sel normal. Namun, mutasi di ADAR1 dapat menyebabkan gangguan autoimun seperti sindrom Aicardi-Goutières (AGS), sedangkan aktivitas ADAR1 yang meningkat di tumor membantu sel kanker menghindari deteksi imun.
Memahami bagaimana ADAR1 memilih dan mengedit target RNA-nya adalah kunci untuk mengembangkan terapi yang menghambat atau meningkatkan aktivitasnya, tergantung pada konteks penyakit. “Studi kami memberikan pemahaman komprehensif tentang bagaimana ADAR1 mengenali dan memproses RNA,” kata Yang Gao, PhD.
Para peneliti menemukan bahwa kemampuan pengeditan ADAR1 dipengaruhi oleh:
– Urutan RNA
– Panjang duplex (jumlah basa yang dipasangkan)
– Ketidakcocokan dekat lokasi pengeditan
Temuan ini menjelaskan mengapa beberapa mutasi terkait penyakit merusak kemampuan ADAR1 untuk mengedit RNA duplex yang lebih pendek, yang dapat berkontribusi pada disfungsi imun dalam gangguan autoimun. Riset juga mengidentifikasi interaksi baru antara ADAR1 dan RNA.
ADAR1 semakin diakui sebagai target terapeutik dalam imunoterapi kanker. Penelitian menunjukkan bahwa menghambat ADAR1 dapat memperkuat kemampuan sistem kekebalan untuk mengenali dan menghancurkan sel tumor. Sedangkan meningkatkan aktivitas ADAR1 dapat membantu menekan respons imun yang tidak diinginkan, menguntungkan pasien dengan interferonopathies seperti AGS.
Meskipun studi ini merupakan langkah penting, tantangan tetap ada dalam menerjemahkan temuan ini menjadi terapi klinis. “Saat kami terus mengeksplorasi fungsi ADAR1 dalam sistem biologis yang lebih kompleks, kami berharap dapat menemukan strategi terapeutik baru,” ungkap Gao. Kombinasi wawasan biokimia dan data struktural ini memberikan landasan untuk penemuan obat yang menargetkan RNA, berpotensi merevolusi pengobatan untuk kanker dan gangguan autoimun.
Studi tentang ADAR1 menawarkan wawasan penting mengenai pengeditan RNA dan implikasinya dalam imunoterapi kanker dan pengobatan gangguan autoimun. Meskipun penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk terapi, penerapan klinis masih memerlukan penelitian lebih lanjut dan pengujian dalam sistem biologis yang lebih kompleks.
Sumber Asli: www.insideprecisionmedicine.com
Post Comment