Kesenjangan dalam Skrining Kanker Paru Meski Pedoman Diperbarui
Penelitian di Sylvester Comprehensive Cancer Center mengungkapkan bahwa meskipun pedoman skrining kanker paru telah diperbarui untuk mencakup lebih banyak orang, masih ada kesenjangan besar dalam akses layanan kesehatan, utamanya di kalangan populasi yang terpinggirkan. Ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi hambatan struktur dan meningkatkan kesadaran komunitas.
Penelitian terbaru dari Sylvester Comprehensive Cancer Center menunjukkan bahwa meskipun pedoman skrining kanker paru telah diperbarui untuk termasuk orang yang lebih muda dan memiliki riwayat merokok lebih rendah sejak 2021, masih terdapat kesenjangan signifikan, terutama di kalangan mereka dengan akses kesehatan yang terbatas. Skrining kanker paru dapat menyelamatkan nyawa dengan mendeteksi kanker lebih awal.
Dr. Tracy E. Crane mengatakan, “Pedoman yang diperbarui secara substansial meningkatkan skrining kanker paru secara keseluruhan, bahkan saat skrining kanker menurun selama pandemi COVID-19. Namun, ketidakcocokan siapa yang disaring tetap ada, menunjukkan pentingnya menangani hambatan struktural di komunitas yang terpinggirkan.”
Kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di AS. Skrining menggunakan computed tomography (CT) dosis rendah adalah alat baru untuk mendeteksi kanker paru tahap awal. Pedoman skrining pertama kali diterbitkan oleh USPSTF pada 2013, dan diperbarui pada 2021 untuk mulai menyaring usia 50 tahun ke atas.
LaShae D. Rolle mencatat bahwa hanya 15,43% dari orang yang berisiko tinggi telah menjalani skrining sebelum pedoman baru, meningkat menjadi 47,08% setelah pembaruan. Namun, angka ini masih di bawah separuh, khususnya di pasien tanpa asuransi dan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Hambatan utama dalam akses skrining termasuk kurangnya penyedia layanan kesehatan primer dan biaya pemeriksaan. Meski asuransi menanggung 97% biaya skrining, tanpa asuransi, biaya bisa mencapai ratusan dolar. Opsi untuk pemindaian gratis atau biaya rendah tersedia, tetapi sering kali tidak dimanfaatkan.
Rolle menggarisbawahi bahwa orang sering meremehkan pentingnya skrining kanker, “Tidak ada yang berpikir mereka mengidap kanker,” ujarnya. Perjalanan jauh ke fasilitas skrining di daerah pedesaan juga menjadi kendala.
Di Sylvester, tim outreach komunitas bertujuan menutup kesenjangan skrining kanker paru. Dr. Estelamari Rodriguez menyatakan, “Kami mengidentifikasi lokasi di daerah kami di mana pasien berisiko tinggi tidak mendapatkan skrining dan melakukan edukasi di sana.”
Pendekatan lain termasuk penggunaan navigator pasien untuk membantu edukasi dan penjadwalan skrining. Kolaborasi dengan organisasi komunitas lokal juga dianggap efektif untuk meningkatkan kesadaran dan aksesibilitas skrining. “Figur lokal yang tepercaya bisa membantu mengatasi ketidakpercayaan dan ketakutan,” kata Dr. Gilberto Lopes.
Kesenjangan dalam akses skrining sangat pribadi bagi Rolle. Ia berharap lebih banyak orang dapat melakukan skrining untuk mendiagnosis kanker lebih awal, seperti dirinya yang terdiagnosis kanker payudara pada usia 26 tahun dan sekarang bebas kanker.
Studi menunjukkan kendala signifikan dalam skrining kanker paru, meski pedoman telah diperbarui. Petugas kesehatan dan inisiatif komunitas berperan penting dalam meningkatkan akses skrining, terutama bagi populasi kurang terlayani. Edukasi, dukungan lokal, serta solusi praktis seperti unit skrining bergerak sangat diperlukan untuk menjembatani kesenjangan ini.
Sumber Asli: www.news-medical.net
Post Comment