Studi: Pedoman Baru Perluas Akses Skrining Kanker Paru tetapi Masih Ada Kesenjangan
Pedoman skrining kanker paru-paru yang baru memperluas akses namun menyisakan gap, terutama di wilayah pedesaan dan pada populasi tidak terlayani. Penelitian menunjukkan bahwa meski ada peningkatan skrining, banyak yang masih belum mendapatkan layanan. Faktor biaya dan kurangnya informasi menjadi penghalang utama.
Sejak 2021, pedoman skrining kanker paru-paru yang diperbarui telah memperluas akses, termasuk individu yang lebih muda dan memiliki riwayat merokok lebih rendah. Namun, gap masih ada, terutama di kalangan masyarakat yang memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan.
Menurut Tracy E. Crane, Ph.D., R.D.N., rata-rata skrining kanker paru-paru meningkat secara keseluruhan, meski terjadi penurunan selama pandemi COVID-19. Disparitas dalam skrining tetap ada, menunjukkan perlunya mengatasi hambatan struktural di populasi pedesaan dan yang kurang terlayani.
Kanker paru-paru adalah penyebab utama kematian akibat kanker di AS. Skrining dapat menyelamatkan nyawa melalui deteksi dini. US Preventive Services Task Force (USPSTF) memperbarui pedoman skrining untuk mulai pada usia 50 tahun dan termasuk individu dengan riwayat merokok lebih rendah.
Lasha D. Rolle, M.P.H., C.PH, menemukan bahwa setelah perubahan pedoman, hanya 47,08% pasien berisiko tinggi yang sudah mengikuti skrining. Angka ini lebih rendah pada pasien tanpa asuransi dan yang tinggal di daerah pedesaan. Banyak pasien tanpa penyedia layanan primer yang kurang mendapatkan informasi mengenai kelayakan skrining.
Biaya perawatan juga menjadi hambatan. Skrining kanker paru-paru memerlukan biaya tinggi tanpa asuransi. Namun, ada opsi pemindaian gratis atau dengan biaya rendah yang ditawarkan oleh negara bagian dan organisasi nirlaba. Coral Olazagasti, M.D., menekankan bahwa skrining tidak sekali lakukan, tetapi perlu tahunan.
Jarak dan akses menjadi masalah, terutama di daerah pedesaan. Unit skrining kanker paru-paru bergerak bisa membantu, namun membutuhkan biaya tinggi. Tim dari Sylvester bekerja untuk menutup kesenjangan dengan mengedukasi publik tentang skrining ini.
Estelamari Rodriguez, M.D., mencatat bahwa mereka berfokus pada area dengan pasien berisiko tinggi yang tidak mendapatkan skrining. Selain itu, kolaborasi dengan organisasi lokal dapat mendukung peningkatan angka skrining di komunitas yang kurang terlayani.
Kesenjangan akses menjadi masalah pribadi bagi Rolle yang merupakan penyintas kanker. “Saya ingin orang lain mendapatkan skrining sehingga mereka juga dapat mendeteksi kanker lebih awal,” ujarnya.
Pedoman skrining kanker paru-paru yang diperbarui meningkatkan jumlah skrining, namun masih ada kesenjangan akses, khususnya bagi populasi pedesaan dan yang tidak memiliki asuransi. Tantangan seperti biaya, kurangnya informasi, dan jarak menjadi penghambat. Upaya komunitas diperlukan untuk mengedukasi dan meningkatkan akses bagi mereka yang berisiko.
Sumber Asli: www.eurekalert.org
Post Comment