Pencitraan Bisa Menyesatkan dalam Menilai Keberhasilan Pengobatan Kanker
Analisis baru menyoroti risiko menggunakan pencitraan tunggal untuk menilai keberhasilan SABR pada kanker. Meskipun SABR efektif, penggunaan histologis dan kombinasi dengan pCR dianggap lebih dapat memperkecil risiko kekambuhan terhadap pasien.
Analisis terbaru mempertanyakan penggunaan pencitraan sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan terapi radiasi ablasi. Stereotactic Ablative Radiotherapy (SABR) umum digunakan untuk kanker paru non-sel kecil, prostat, hati, dan ginjal. Setelah SABR, PET imaging sering digunakan untuk memeriksa apakah semua jaringan kanker telah dihilangkan. Namun, penulis editorial di Oncotarget mengindikasikan bahwa ketergantungan pada pencitraan saja dapat meningkatkan risiko kekambuhan pada pasien.
Muzamil Arshad, MD, PhD, menjelaskan bahwa “SABR dianggap ablasi karena tingkat kontrol lokal radiografis yang sangat baik. Namun, analisis patologis menunjukkan bahwa SABR mungkin tidak ablasi.” Banyak studi menunjukkan adanya fluktuasi dalam kontrol kanker saat pencitraan digunakan untuk menilai sisa kanker pasca-SABR, dengan sisa kanker terdeteksi pada 40% NSCLC dan 57%-69% RCC.
Sisa penyakit yang tidak terlihat pada pencitraan setelah SABR menjadi risiko signifikan bagi pasien dan bisa mengakibatkan hasil yang lebih buruk. Oleh karena itu, penilaian keberhasilan pengobatan harus menggunakan berbagai faktor, bukan hanya Respons Klinis Lengkap (cCR) saja, tetapi juga Respons Patologis Lengkap (pCR).
Penulis mengutip bukti dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara menggunakan pencitraan saja dengan analisis histologis untuk identifikasi penyakit sisa. “Pengalaman watch-and-wait di Memorial Sloan Kettering menegaskan nilai prognostik negatif dari sisa penyakit. Pasien dengan pCR memiliki survival 5 tahun 94% vs 73% untuk yang dengan cCR.”
Penulis setuju bahwa SABR efektif tetapi menyarankan untuk meningkatkan potensi ablasi dengan meningkatkan dosis radiasi dan terapi sistemik modulator imun. Mereka juga merekomendasikan untuk secara rutin mengukur tanggapan pengobatan menggunakan baik cCR dan pCR.
Penting untuk tidak hanya mengandalkan pencitraan dalam menilai keberhasilan terapi kanker, khususnya SABR. Studi menunjukkan fluktuasi dalam kontrol kanker ketika menggunakan pencitraan saja. Penilaian yang lebih baik memerlukan kombinasi antara cCR dan pCR untuk mengurangi risiko kekambuhan, serta mempertimbangkan peningkatan dosis radiasi dan pengobatan inovatif.
Sumber Asli: healthimaging.com
Post Comment