Magnetisme dan Biologi Bersatu Melawan Kanker
Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi magnetik dapat memicu kematian sel kanker dalam kultur tiga dimensi. Ini dilakukan dengan menerapkan stres mekanik melalui partikel magnetik. Penyesuaian frekuensi medan magnet diperlukan untuk meningkatkan efektivitas. Studi ini membuka kemungkinan untuk pengobatan kanker baru yang dapat digunakan bersamaan dengan kemoterapi.
Magnetisme menunjukkan potensi yang menjanjikan dalam biologi, terutama dalam mekanobiologi dan aplikasi biomedis terhadap kanker. Penelitian in vitro pada kelompok sel tiga dimensi telah menunjukkan bahwa stimulasi magnetik dapat memicu kematian sel kanker seperti kanker pankreas, otak, ginjal, dan melanoma. Efek ini dihasilkan melalui penerapan stres mekanik menggunakan partikel magnetik yang tersebar di antara sel-sel tersebut.
Awalnya, penelitian difokuskan pada sel glioma (kanker otak) yang dikultur dalam 2D. Namun, hasilnya bervariasi tergantung pada mikro lingkungan sel, yang berbeda antara kultur 2D dan jaringan biologis sebenarnya. Penelitian terbaru berhasil mereproduksi efek ini pada tumoroid—kelompok sel kanker 3D yang lebih mendekati jaringan biologis, dengan penyesuaian kondisi medan magnet pada frekuensi lebih rendah (2-5Hz).
Dampak stimulasi magneto-mechanical pada sitoskeleton sel telah terungkap, menyebabkan kematian sel. Pengaruh ini terlihat dari penghancuran serat aktin di sitoskeleton pasca stimulasi magnetik. Studi baru ini membuka jalan bagi pengujian klinis in vivo untuk pengobatan kanker inovatif melalui stimulasi sel magneto-mechanical, yang bisa digunakan sendiri atau bersinergi dengan kemoterapi.
Studi ini mengungkap potensi magnetisme dalam terapi kanker dengan menggunakan stimulasi magneto-mechanical. Penyesuaian frekuensi medan magnet diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengobatan. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk menguji efektivitas metode ini dalam pengobatan kanker secara in vivo.
Sumber Asli: www.techno-science.net
Post Comment