Tes Darah Berbasis RNA Baru untuk Deteksi Kanker dan Cedera Jaringan
Stanford Medicine mengembangkan tes darah baru yang menggunakan analisis RNA untuk mendeteksi kanker, resistensi terhadap pengobatan, dan cedera jaringan. Tes ini meningkatkan akurasi diagnosis dengan fokus pada messenger RNA dan mampu juga diterapkan pada kasus non-kanker. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Peneliti dari Stanford Medicine telah mengembangkan tes darah baru yang mampu mendeteksi kanker, cara kanker menolak pengobatan, serta cedera jaringan akibat kondisi non-kanker. Tes ini menganalisis molekul RNA bebas dalam aliran darah, yang merupakan hasil dari kematian sel alami di seluruh tubuh. Metode baru ini memungkinkan pemantauan kanker pada berbagai tahap dan juga melacak resistensi terhadap pengobatan serta memperkirakan tingkat cedera jaringan sehat.
Tes ini menganalisis messenger RNA, yang membentuk kurang dari 5% dari total RNA bebas dalam darah, karena molekul ini memberikan sinyal mengenai gen yang diekspresikan sebagai protein. Peneliti fokus pada sekitar 5.000 gen yang tidak biasanya diekspresikan pada orang sehat, yang meningkatkan kemampuan tes untuk mengidentifikasi kanker sampai lebih dari 50 kali.
Kemampuan menganalisis messenger RNA memungkinkan tes ini untuk memantau kondisi yang tidak melibatkan mutasi genetik. Ini penting karena banyak pasien kanker mengalami resistensi terhadap pengobatan yang tidak selalu melibatkan perubahan genetik. Pendekatan non-invasif ini dapat menghindari biopsi bedah dan mengidentifikasi resistensi lebih awal.
Sebelum menganalisis RNA bebas, tim peneliti menghadapi tantangan dari pengaruh trombosit dalam darah. Mereka mengembangkan strategi molekuler dan komputasi untuk mengurangi kontribusi dari sel-sel tersebut. Metode ini memungkinkan penggunaan sampel darah yang telah disimpan untuk menemukan tanda molekuler dalam penelitian klinis yang telah selesai.
Metode RNA bebas ini juga berguna untuk aplikasi non-kanker. Tes dapat mendeteksi tingkat RNA paru normal pada pasien yang diintubasi, merefleksikan tingkat keparahan penyakit. Penelitian ini menunjukkan potensi tes dalam memberikan informasi penting untuk pemantauan dan pengobatan yang lebih baik.
Penelitian ini melibatkan kolaborasi dengan beberapa institusi terkemuka dan didukung oleh berbagai lembaga, termasuk National Institutes of Health. Paparan hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Tes darah berbasis RNA baru dari Stanford Medicine menunjukkan potensi besar dalam mendeteksi kanker dan resistensi terhadap pengobatan. Fokus pada messenger RNA mendukung identifikasi kanker lebih akurat dengan meningkatkan fungsionalitas tes. Metode ini juga relevan untuk kondisi non-kanker, membuka kemungkinan pemantauan dan pengobatan yang lebih baik di masa depan. Penelitian ini merupakan kolaborasi luas dan didukung oleh lembaga penelitian terkemuka.
Sumber Asli: www.news-medical.net
Post Comment