Loading Now

Indeks TyG-BMI Prediksi Risiko Kanker Kolorektal Menurut Penelitian

Sebuah studi menunjukkan bahwa indeks TyG dan TyG-BMI yang lebih tinggi terkait dengan peningkatan risiko kanker kolorektal, khususnya pada wanita. Namun, keduanya tidak ada hubungannya dengan kematian akibat kanker ini. TyG-BMI lebih efektif dalam memprediksi risiko CRC.

Sebuah analisis baru menunjukkan bahwa tingkat trigliserida-glukosa (TyG) dan Indeks BMI TyG (TyG-BMI) yang tinggi berkaitan dengan risiko kanker kolorektal (CRC) yang meningkat, terutama pada wanita. Namun, tidak ada hubungan jelas antara indikator-indikator ini dan angka kematian terkait CRC. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Lipids in Health and Disease.

Menurut peneliti, analisis mereka menemukan bahwa indeks TyG tidak berhubungan linier dengan insiden CRC, sementara TyG-BMI menunjukkan tren linier positif. TyG-BMI menunjukkan kemampuan prediktif yang lebih baik ketimbang indeks TyG, serta analisis subkelompok menunjukkan bahwa wanita memiliki hubungan signifikan dengan risiko CRC. Dalam studi sebelumnya dengan hampir 28.000 peserta, indeks TyG yang lebih tinggi juga berhubungan dengan peningkatan risiko CRC.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999-2018 untuk mengeksplorasi hubungan antara indeks TyG, indeks terkait TyG, dan risiko serta kematian CRC. Meta-analisis mencakup studi yang dipublikasikan hingga 1 April 2025 yang melaporkan nilai TyG sehubungan dengan insiden CRC. Analisis logistik multivariat menunjukkan insiden CRC yang lebih tinggi secara signifikan di antara individu dengan nilai TyG dan TyG-BMI yang lebih tinggi.

Meski begitu, tidak ada pola dosis-respons yang jelas di kuartil yang lebih tinggi untuk kematian akibat CRC, hanya muncul di kuartil kedua. Peneliti menemukan bahwa TyG-BMI merupakan prediktor terkuat risiko CRC dengan area di bawah kurva mencapai 0,71. Penelitian ini juga menyoroti hubungan yang signifikan secara statistik antara insiden CRC, TyG-BMI, dan jenis kelamin wanita, yang menunjukkan faktor risiko metabolik spesifik gender.

Peneliti mengakui adanya beberapa batasan dalam studi mereka. Intervensi yang tidak terukur bisa mempengaruhi temuan, dan desain retrospektif membatasi interpretasi kausal. Selain itu, hasil yang didasarkan pada data NHANES mungkin tidak dapat digeneralisasi secara global, dan informasi yang dilaporkan sendiri bisa menyebabkan bias klasifikasi. Walaupun demikian, para peneliti percaya bahwa TyG-BMI menunjukkan hubungan signifikan dengan insiden CRC, sementara indeks TyG terkait tidak menunjukkan hubungan yang sama dengan kematian.

“TyG-BMI mengungguli semua indikator lain dalam studi ini. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi orang yang memiliki risiko lebih tinggi berkembangnya CRC secara lebih awal. Hal itu juga memfasilitasi dokter dalam menentukan siapa yang perlu menjalani skrining kolonoskopi,” menurut para peneliti. “Ini bisa membantu mengurangi pemeriksaan yang tidak perlu dan mengurangi beban ekonomi, fisik, dan psikologis.”

Kesimpulannya, indeks TyG dan TyG-BMI memiliki asosiasi signifikan dengan risiko kanker kolorektal, terutama pada wanita. Namun, tidak ada hubungan jelas dengan kematian akibat CRC. Penelitian ini menunjukkan potensi TyG-BMI dalam strategi skrining awal untuk mendeteksi CRC, meskipun terdapat beberapa batasan dalam analisis dan data yang digunakan.

Sumber Asli: www.ajmc.com

Sofia Peterson is an acclaimed investigative journalist whose work spans over 15 years, focusing on corporate ethics and accountability. Holding a degree in economics from the University of Helsinki, she seamlessly blends financial understanding with journalistic integrity. Sofia's meticulous investigative approaches have uncovered significant corporate malfeasance, leading to changes in policy and corporate governance. Renowned for her fearless commitment to truth and transparency, she is a mentor to aspiring journalists globally.

Post Comment