Imunoterapi Menyemarakkan Harapan Baru untuk Pengobatan Kanker Payudara Triple Negatif
Imunoterapi untuk kanker payudara triple negatif menunjukkan kemajuan penting melalui penggunaan inhibitor checkpoint imun. Beberapa studi terbaru menyoroti efektivitas kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi, membawa harapan baru untuk pengobatan yang lebih pribadi. Meski banyak hasil menjanjikan, efek samping tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi.
Penggunaan imunoterapi dalam pengobatan kanker payudara triple negatif (TNBC) menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pendekatan ini, terutama dengan inhibitor checkpoint imun (ICI), berhasil mengidentifikasi subtipe molekuler berbeda, yang bermanfaat dalam merancang rencana perawatan yang lebih dipersonalisasi. Dalam beberapa uji klinis, para peneliti mengeksplorasi kombinasi imunoterapi dengan modalitas pengobatan yang ada untuk TNBC.
Pada sesi poster di San Antonio Breast Cancer Symposium 2024, inovasi imunoterapi untuk TNBC menjadi sorotan. Poster-poster dalam sesi tersebut disajikan oleh Heather McArthur, MD, MPH; dan Thomas Grinda, MD, MSc.
Salah satu yang menarik adalah hasil dari uji coba fase 3 KEYNOTE-355, yang ditemukan bahwa menambahkan pembrolizumab (Keytruda) pada kemoterapi untuk pasien TNBC lanjutan dengan tumor yang mengekspresikan PD-L1 dengan skor positif gabungan (CPS) 10 atau lebih meningkatkan kelangsungan hidup secara signifikan dibandingkan hanya dengan kemoterapi saja. “Manfaat ini hanya terlihat pada pasien dengan tumor PD-L1-positif, dengan CPS lebih besar dari atau sama dengan 10,” kata McArthur.
Poster lainnya membahas studi fase 2 SPARK, yang menilai kombinasi tislelizumab-jsgr (Tevimbra) dan sitravatinib (MGCD516), dengan atau tanpa nab-paclitaxel (Abraxane) pada pasien TNBC. Hasil menunjukkan bahwa tingkat respons keseluruhan mencapai 75,7% dengan tingkat kontrol penyakit 97,3%. Meskipun rasio respons menunjukkan keberhasilan, efek samping terkait pengobatan tercatat cukup tinggi.
Kemudian ada studi fase 2 COMPLEMENT yang mengkaji kombinasi cisplatin, nab-paclitaxel, dan pembrolizumab. Hasil awal menunjukkan respon yang menjanjikan pada pasien; namun, penderita yang mengalami konversi dari kanker payudara reseptor hormon positif menjadi TNBC mendapatkan manfaat klinis lebih sedikit dari strategi pemeliharaan.
Satu lagi yang menarik adalah regimen vaksin BRIA-IMT, yang menggabungkan vaksin sel utuh dengan ICI dalam studi fase 1/2. Meski hasilnya menjanjikan terutama pada pasien dengan kanker payudara metastatik yang telah diobati sebelumnya, efek samping umumnya termasuk kelelahan dan reaksi di tempat suntikan.
Poster terakhir membahas vaksin MUC-1 tecemotide yang ditambahkan ke pengobatan standar dalam uji coba ABCSG, yang tidak menunjukkan manfaat signifikan. Namun demikian, eksplorasi terhadap faktor mikro lingkungan tumor menjadi penting, seperti disampaikan oleh McArthur, “Inhibitor PARP dengan atau tanpa ICI efektif untuk pemeliharaan TNBC metastatik setelah induksi berbasis platinum.”
Selama presentasi, Grinda juga menyentuh mengenai ivonescimab, PM8002/BNT327, dan AK10510 dalam TNBC. Dalam studi ini, hasil menunjukkan aktivitas antitumor yang signifikan meskipun ada tensor utama dan efek samping hematologis.
Kemajuan imunoterapi dalam pengobatan TNBC membuka jalan untuk perawatan yang lebih efektif dan dipersonalisasi. Meskipun banyak studi menunjukkan efektivitas dan respons yang menggembirakan, tantangan terkait efek samping tetap ada. Penelitian berlanjut diharapkan dapat memperjelas bagaimana kombinasi terapi dapat meningkatkan hasil pasien, terutama yang menghadapi kanker sulit diobati ini.
Sumber Asli: www.targetedonc.com
Post Comment