Loading Now

Ketua Cancer Research Mendorong Perubahan Regulasi Vaping dan Tembakau

Lord Stevens, ketua Cancer Research UK, mendesak perubahan dalam regulasi vaping dan mendukung RUU yang berupaya menciptakan generasi bebas asap rokok. Ia memperingatkan tentang ketergantungan nikotin di kalangan pengguna vape yang tidak pernah merokok. Pemerintah merencanakan larangan penjualan tembakau untuk generasi muda sementara ada kekhawatiran tentang kekuasaan menteri dalam pengaturan.

Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, ketua Cancer Research UK, Lord Stevens dari Birmingham, menyebutkan bahwa ada “pedang Damocles” yang mendorong perubahan dalam sektor merokok dan vaping. Ia mendukung rencana Pemerintah untuk generasi bebas asap rokok, sambil memperingatkan bahwa tidak ada manfaat kesehatan jika pengguna vape menjadi ketagihan nikotin tanpa sebelumnya merokok. Dalam konteks ini, ia menegaskan pentingnya adanya “fleksibilitas” dalam RUU Tembakau dan Vape.

Lord Stevens mengungkapkan bahwa RUU yang dimaksud memberi kekuasaan kepada menteri untuk mengatur penampilan, bentuk, ukuran, dan tekstur kemasan produk tembakau dan e-rokok. Lady Merron, Menteri Kesehatan, sebelumnya mengatakan bahwa RUU ini merupakan “komponen kunci” dari pergeseran menuju mencegah penyakit ketimbang mengobati mereka. Namun, Earl Howe, mantan menteri kesehatan dari Partai Konservatif, mengkhawatirkan bahwa RUU tersebut memberi menteri kekuasaan yang luas dengan sedikit pengawasan parlemen.

Lord Stevens menggarisbawahi perlunya menjaga keseimbangan dalam regulasi vape. Ia berkomentar, “Ada konsensus ilmiah bahwa peralihan dari merokok ke vaping mengurangi ancaman kesehatan, tetapi tidak ada manfaat kesehatan jika seseorang mulai kecanduan nikotin tanpa pernah merokok sebelumnya.” Ia juga membawa contoh visual saat membahas kemasan vape yang terlihat menarik bagi anak-anak.

Kemudian, ia mengkritik industri karena tidak benar-benar berubah. “Gagasan bahwa industri telah melakukan konversi tidak benar. Pedang Damocles inilah yang memicu perubahan. RUU ini layak mendapatkan dukungan kita,” tegasnya. Di sisi lain, Lady Merron menjelaskan tentang kemauan pemerintah untuk mengatur standar produk yang tepat untuk melindungi konsumen.

RUU ini juga memiliki ketentuan untuk menetapkan tempat-tempat tertentu di Inggris sebagai area bebas rokok, khususnya di dekat anak-anak dan orang rentan. Namun, Earl Howe menunjukkan bahwa draf legislasi menampilkan tidak kurang dari 66 kekuasaan yang didelegasikan kepada menteri. “Kita tidak tahu bagaimana kekuasaan ini akan digunakan,” ujarnya.

Baroness Northover dari Partai Liberal Demokrat juga menegaskan pentingnya mengamankan RUU ini sekuat mungkin dalam menghadapi industri yang bisa saja mengganti strategi. Lord Stevens menutup komentarnya dengan membahas dampak struktural industri tembakau yang harus terus mencari pelanggan baru karena banyak pengguna yang meninggal setiap tahunnya. RUU ini, ujarnya, bertujuan untuk mengubah keadaan tersebut.

RUU tersebut mengusulkan larangan penjualan tembakau kepada orang-orang yang lahir setelah 1 Januari 2009. Lord Stevens mempertanyakan, “Mengapa tidak sekalian menaikkan usia penjualan menjadi 25 tahun?” Namun ia menekankan bahwa proses ini akan berlangsung hingga tahun 2034 untuk menganalisis efektivitas langkah-langkah dalam RUU.

Menyoroti masalah pendanaan pemerintah yang terkait dengan pajak tembakau yang hilang, ia menyatakan, “Jika alasan Anda adalah soal pendapatan, maka beranilah untuk membela pemerintah dalam mempromosikan rokok sebagai cara untuk menambah kas negara.”

Pernyataan Lord Stevens menyoroti tantangan yang dihadapi dalam mengatur industri vaping dan tembakau. Dengan penyebutan ‘pedang Damocles’, ia menunjukkan bahwa risiko tetap tinggi jika pengguna vape baru tidak memiliki pengalaman merokok sebelumnya. Pemerintah berusaha untuk melindungi generasi mendatang dengan RUU yang melarang penjualan tembakau kepada mereka yang lahir setelah tahun 2009. Namun, ada kekhawatiran tentang kekuasaan besar yang diberikan kepada menteri dan kurangnya pengawasan parlemen.

Sumber Asli: www.gazetteherald.co.uk

Sofia Peterson is an acclaimed investigative journalist whose work spans over 15 years, focusing on corporate ethics and accountability. Holding a degree in economics from the University of Helsinki, she seamlessly blends financial understanding with journalistic integrity. Sofia's meticulous investigative approaches have uncovered significant corporate malfeasance, leading to changes in policy and corporate governance. Renowned for her fearless commitment to truth and transparency, she is a mentor to aspiring journalists globally.

Post Comment