Terapi Proton Arc Step-and-Shoot Kurangi Efek Samping Pengobatan Kanker
Step-and-shoot proton arc therapy menawarkan pengobatan kanker dengan efek samping yang minim. Pengalaman Tiffiney Beard membuktikan bahwa terapi ini efektif dalam mengatasi tumor agresif tanpa efek samping berat. Penelitian ini akan dipresentasikan di berbagai konferensi internasional.
Perawatan kanker terkadang menyisakan efek samping yang cukup berat bagi pasien, terutama dari radiasi. Namun, metode baru dalam penyampaian radiasi yang dikenal sebagai step-and-shoot proton arc therapy, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengobati kanker sulit tanpa banyak efek samping, yakni hanya perubahan warna kulit ringan, bahkan sampai sembilan bulan setelah perawatan. Ini pertama kali digunakan oleh para dokter di Corewell Health William Beaumont University Hospital, Royal Oak, Michigan.
Teknologi step-and-shoot ini menggunakan berkas proton untuk mengalirkan radiasi secara otomatis dan terus-menerus dengan waktu jeda yang lebih sedikit. Berbeda dengan terapi proton lainnya yang menggunakan metode manual dan memerlukan pemantauan lebih ketat, teknologi baru ini memungkinkan dokter untuk lebih tepat dalam mengarahkan radiasi ke area tumor. Hasilnya, pasien bisa terhindar dari efek samping yang parah. Tiffiney Beard, 46 tahun, contohnya, merasa bersyukur dapat mengalami perawatan yang lebih ringan.
Beard didiagnosis menderita adenoid cystic carcinoma, tumor yang langka dan agresif, di kelenjar liurnya. Menurut Dr. Rohan Deraniyagala, onkologis radiasi, tumor ini cenderung menyerang saraf, dan mengobatinya biasanya menghadirkan banyak efek samping seperti kelelahan dan nyeri rahang. Namun, berkat perawatan baru ini, Beard tidak mengalami efek samping seperti itu. Proses perawatannya hanya memakan waktu sekitar 30 menit sehari, lima hari seminggu selama tiga bulan, sehingga ia tidak harus melewatkan pekerjaan atau waktu bersama keluarga.
Mengenang perawatannya, Beard mengatakan, “Setelah tumor sebesar kelereng itu diangkat, saya menjalani 33 perawatan proton dan, luar biasanya, saya tidak mengalami efek samping dan tidak kehilangan satu hari kerja.” Ini bertolak belakang dengan banyak cerita yang pernah ia dengar tentang efek samping radiasi. Sejak menyelesaikan perawatan pada awal Agustus, Beard masih tampil sehat pada pemeriksaan terakhirnya.
“Sungguh menyenangkan melihat seorang pasien tidak mengalami efek samping dari perawatan ini, hanya sedikit perubahan warna kulit di sisi kiri wajahnya,” tutur Dr. Deraniyagala. Kasus Beard akan dibahas oleh Dr. Deraniyagala di International Symposium on Proton Therapy di Philadelphia pada 26 April, serta di pertemuan tahunan Particle Therapy Cooperative Group bulan Juni mendatang di Buenos Aires. Studi ini juga telah diterbitkan dalam International Journal of Particle Therapy.
Meskipun hasil perawatan dapat bervariasi, Dr. Deraniyagala tetap optimis bahwa pasien lain dapat merasakan pengalaman serupa. “Terapi berkas proton terus berkembang dan step-and-shoot proton arc therapy telah terbukti efektif untuk Tiffiney, namun ini hanyalah langkah awal menuju perawatan yang lebih baik di masa mendatang,” jelasnya. Saat ini, Corewell Health juga sedang menguji terapi proton generasi berikutnya, DynamicARC®, yang diharapkan menjadi terobosan baru dalam pengobatan kanker, dengan kolaborasi bersama Ion Beam Application. DynamicARC® dijadwalkan akan mengantongi persetujuan FDA tahun depan.
Perawatan menggunakan step-and-shoot proton arc therapy menunjukkan hasil efisien dalam mengatasi kanker dengan efek samping minimal. Tiffiney Beard, pasien pertama yang menjalani terapi ini, tidak menghadapi efek samping serius. Penelitian lebih lanjut diharapkan membawa inovasi baru yang lebih baik dalam perawatan kanker.
Sumber Asli: www.news-medical.net
Post Comment