Kanker Usus Besar pada Dewasa Muda Terhubung dengan Bakteri E. Coli
Studi baru menghubungkan strain E. coli dengan kanker kolorektal pada orang dewasa muda. Ditemukan bahwa mutasi DNA kolibaktin lebih sering terjadi pada mereka yang didiagnosis sebelum usia 40. Penelitian sedang dilakukan untuk mengembangkan deteksi dini dan pencegahan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada hubungan antara kanker usus besar pada orang dewasa muda dengan bakteri Escherichia coli (E. coli) tertentu yang ditemukan di usus selama masa kanak-kanak. Meskipun E. coli umumnya tidak berbahaya, beberapa strain dapat menghasilkan racun bernama kolibaktin, yang dapat menyebabkan mutasi DNA manusia. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature membuktikan bahwa kerusakan DNA yang berkaitan dengan kolibaktin terdeteksi pada individu yang terdiagnosis kanker kolorektal di bawah usia 40 tahun. Ini menunjukkan bahwa paparan ini mungkin terjadi selama 10 tahun pertama kehidupan, yang berisiko meningkatkan kemungkinan kanker kolorektal pada dewasa muda.
Dr. Alexandrov dan timnya saat ini sedang mengembangkan tes deteksi dini yang menganalisis sampel tinja untuk mutasi terkait kolibaktin. Penemuan ini dapat memungkinkan identifikasi individu muda yang berisiko tinggi, membuka jalan baru dalam pencegahan, pemantauan, serta perawatan kanker. Tim peneliti juga mengeksplorasi kemungkinan penggunaan probiotik untuk mengeliminasi strain bakteri berbahaya secara aman.
John Marshall, MD, seorang konsultan medis dan direktur dari Ruesch Center di Georgetown University, memperingatkan bahwa tren peningkatan kasus kanker kolorektal pada orang muda adalah masalah serius. Penelitian mengenai pengaruh mikrobioma usus terhadap perkembangan kanker tengah dilakukan oleh para ilmuwan, termasuk Dr. Alexandrov dan Dr. Marshall.
Analisis kanker kolorektal melalui DNA tumor pada 981 pasien menunjukkan bahwa mutasi DNA yang terkait dengan kolibaktin 3,3 kali lebih umum terjadi pada mereka yang didiagnosis sebelum usia 40 tahun. “Polanya di genoma menunjukkan paparan awal terhadap kolibaktin sebagai faktor pendorong kanker di usia muda,” ungkap Alexandrov. Menariknya, Dr. Cathy Eng dari Vanderbilt-Ingram Cancer Center menambahkan bahwa hasil ini bisa membantu mengidentifikasi perkembangan kanker lebih awal sebelum gejala muncul.
Saat ini, penyebab pasti perubahan mikrobioma yang mengarah pada infeksi E. coli masih belum jelas. Mariana Byndloss, PhD, mengungkapkan kemungkinan bahwa penggunaan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan mikroba baik di usus. Selain itu, pola makan tinggi lemak dan rendah serat serta pengaruh dari tidak memberikan ASI juga dianggap berpotensi meningkatkan risiko. Marshall menambahkan bahwa kekurangan paparan terhadap lingkungan juga bisa jadi masalah.
Sementara kolibaktin memiliki potensi dampak besar pada kanker kolorektal, Dr. Eng mencatat bahwa penyebab penyakit ini kemungkinan adalah multifaktorial dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menvalidasi hasil ini. Dia menekankan pentingnya bagi individu muda dan penyedia layanan kesehatan untuk mengenali tanda-tanda kanker kolorektal dini sebagai langkah pencegahan yang krusial.
Penelitian terbaru mengungkapkan hubungan berbahaya antara strain tertentu dari E. coli dan peningkatan risiko kanker kolorektal pada orang dewasa muda, dengan kemungkinan paparan pada tahun-tahun awal kehidupan. Ditemukan juga bahwa mutasi kolibaktin lebih umum pada kasus awal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini, dan edukasi mengenai tanda dan gejala kanker kolorektal menjadi sangat penting.
Sumber Asli: www.everydayhealth.com
Post Comment