Loading Now

Bisakah Indonesia Menghilangkan Kanker Serviks pada 2030?

Pekan Imunisasi Dunia menggarisbawahi tantangan Indonesia dalam mengatasi kanker serviks. Dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi, terdapat kekhawatiran atas pencapaian tujuan global untuk menghilangkannya pada 2030. 99% kasus terkait HPV, dan risikonya tinggi pada usia reproduksi.

Selama Pekan Imunisasi Dunia yang berlangsung dari 24 hingga 30 April, fokus Indonesia terhadap kanker serviks kembali disorot. Angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks di negara ini tetap mengkhawatirkan, dan pertanyaannya adalah: Bisakah Indonesia memenuhi target global untuk menghilangkan kanker serviks pada 2030?

Dengan tema “Imunisasi untuk Semua adalah Hal yang Mungkin”, peringatan tersebut mengingatkan betapa pentingnya imunisasi untuk melindungi masyarakat, terutama generasi muda, dari penyakit yang dapat dicegah, termasuk yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Di tengah pemulihan dari pandemi, kanker serviks seolah terlupakan sebagai ancaman kesehatan bagi wanita.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa setiap dua menit, satu wanita meninggal dunia karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks adalah kanker nomor dua yang paling umum di antara wanita, setelah kanker payudara, menurut Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2020, tercatat 36,633 kasus baru dan 21,003 kematian dari kanker serviks, yang berarti lebih dari 50 perempuan kehilangan nyawa setiap hari akibat penyakit ini, menurut data GLOBOCAN.

Menariknya, 99 persen kanker serviks berhubungan dengan infeksi yang dipicu oleh HPV. Dirga Sakti Rambe, seorang internis dan advokat vaksin, menyatakan bahwa siapa pun dapat terinfeksi HPV kapan saja, namun risiko terbesar ada di kalangan individu yang berada dalam usia reproduksi, tanpa memandang jenis kelamin.

Kanker serviks menjadi masalah kesehatan masyarakat serius di Indonesia, dengan angka kejadian dan kematian yang tinggi. Meskipun ada upaya melalui imunisasi untuk melindungi wanita, tantangan tetap ada. Dengan insentif global untuk mengurangi angka kanker serviks, harapan masih ada, tetapi Indonesia harus bergerak cepat untuk mencapai target eliminasi pada tahun 2030.

Sumber Asli: www.thejakartapost.com

Sofia Peterson is an acclaimed investigative journalist whose work spans over 15 years, focusing on corporate ethics and accountability. Holding a degree in economics from the University of Helsinki, she seamlessly blends financial understanding with journalistic integrity. Sofia's meticulous investigative approaches have uncovered significant corporate malfeasance, leading to changes in policy and corporate governance. Renowned for her fearless commitment to truth and transparency, she is a mentor to aspiring journalists globally.

Post Comment