Temuan Baru Cancer 3D Menunjukkan Tumor Berperilaku Sebagai Jaringan Invasif
Cancer 3D mengumumkan terobosan baru yang menunjukkan tumor berperilaku sebagai jaringan yang saling mendukung. Penelitian ini menunjukkan bahwa metastasis kanker bukan hanya akhir dari suatu proses, tetapi juga bagian aktif dari penyebaran dengan menggunakan teknik pencitraan 3D. Temuan ini berpotensi merevolusi diagnosis dan pengobatan kanker.
Sebuah terobosan baru dari Cancer 3D, sebuah komunitas penelitian yang fokus pada pencitraan tumor 3D, mengungkap cara baru memahami penyakit kanker. Penelitian ini, yang didukung oleh Russian Science Foundation, mempublikasikan hasilnya di jurnal ilmiah Cancers, menunjukkan bahwa invasi dan metastasis kanker mengikuti pola jaringan yang saling mendukung. Ini berarti tumor sekunder bisa berfungsi sebagai pusat penyebaran lebih lanjut.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan mikro-tomografi X-ray resolusi tinggi untuk mendapatkan visualisasi tiga dimensi dari perkembangan tumor. Dengan menggabungkan teknik ini dengan histologi tradisional, mereka dapat melakukan analisis spasial yang menyeluruh terhadap perilaku tumor dalam jaringan hidup. “Temuan kami menunjukkan bahwa kanker bukan hanya penyakit yang agresif, tetapi juga sistem yang sangat adaptif dan terkoordinasi,” ucap Sergey Tkachev, ilmuwan utama dari Institute of Regenerative Medicine di Sechenov University.
Fokus penelitian adalah pada karsinoma sel skuamosa esofagus, dengan menggunakan sampel tumor yang diambil dari pasien dan ditransplantasikan ke tikus dengan sistem imun yang lemah. Ini adalah kali pertama sel tumor dapat direkam bergerak secara kolektif dalam tiga dimensi. Para ilmuwan menemukan perilaku kompleks, dan sel-sel ini dapat membentuk proyeksi seperti jari ke limpa dan melewati jaringan di sekitar pankreas tanpa merusak struktur sekitarnya.
“Mikrotomografi memungkinkan kami untuk merekonstruksi penyebaran tumor dalam peritoneum dengan cara yang sebelumnya hanya bisa diperkirakan,” lanjut Tkachev. Temuan ini menggugurkan paradigm linear penyebaran tumor, menunjukkan bahwa strategi terapeutik baru harus fokus pada memutus siklus yang memperkuat diri ini.
Menariknya, penelitian ini juga menunjukkan bahwa analisis histologis dua dimensi tradisional dapat salah memahami fitur penting, seperti “tumor budding”. Dalam tiga dimensi, struktur ini terlihat sebagai perpanjangan dari massa tumor utama, yang membuka pertanyaan baru tentang standar diagnostik yang ada saat ini.
Dampak penelitian Cancer 3D ini tidak hanya terbatas pada dunia akademis. Dengan izin pencitraan 3D yang tepat dari tumor yang diangkat melalui pembedahan, node limfatik, dan sampel biopsi, akurasi staging kanker dan perencanaan terapi bisa meningkat jauh. Sekarang ini mereka sedang mengembangkan protokol untuk menerapkan mikrotomografi pada blok yang di-paraffin-kan, serta jaringan payudara dan paru-paru yang telah diangkat.
“Misi Cancer 3D adalah mentransformasikan cara dunia melihat kanker, baik secara harfiah maupun ilmiah,” ujar Tkachev. Terobosan ini membuka jalur baru untuk pengobatan personal, khususnya dalam mengatasi tumor metastatik di mana terapi saat ini sering gagal. Dia mengajak semua pihak untuk bergabung dalam proyek ini.
Cancer 3D terus memimpin pergerakan dalam menyatukan pencitraan biomedis, onkologi, dan analisis berbasis AI. Dengan potensi untuk menjadi standar emas baru dalam visualisasi tumor, komunitas ini berkomitmen untuk merevolusi diagnosis kanker dan pengembangan obat.
Hasil penelitian Cancer 3D menunjukkan bahwa tumor berfungsi sebagai jaringan yang dapat saling mendukung dalam penyebarannya. Penemuan ini menantang pemikiran lama tentang penyebaran kanker dan membuka pintu bagi pendekatan terapi baru. Dengan kemajuan teknologi pencitraan 3D, akurasi diagnosis kanker dan perencanaan terapi bisa meningkat secara signifikan.
Sumber Asli: www.globenewswire.com
Post Comment