Urologis Ingatkan Pria: Tes PSA Tidak Cukup Deteksi Kanker Prostat
Urologis memperingatkan pria agar tidak hanya mengandalkan tes PSA untuk mendeteksi kanker prostat, karena ada potensi hasil negatif palsu. Rangkaian diagnosis yang lebih komprehensif dibutuhkan. Ancaman kanker prostat hereditas kian signifikan, terutama di kalangan yang memiliki riwayat keluarga. Kesehatan masyarakat harus ditingkatkan melalui kesadaran dan akses ke skrining.
Ah, jadi para ahli kesehatan reproduksi pria baru saja mengeluarkan peringatan penting tentang Tes Antigen Spesifik Prostat atau PSA. Mereka mengingatkan agar pria tidak hanya mengandalkan tes ini untuk mendeteksi kanker prostat. Walaupun tes darah ini bisa berguna, kadang hasilnya negatif padahal penyakitnya ada. Ini tentu membuat banyak orang mempertanyakan keakuratan tes tersebut.
Dan, agak mengejutkan, peringatan ini datang hanya seminggu setelah berita bahwa mantan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, didiagnosis kanker prostat yang sudah menyebar ke tulangnya. Menurut pernyataan dari kantornya, diagnosis ini muncul setelah Biden melaporkan gejala saluran kemih yang membuat dokter menemukan sebuah nodul kecil pada prostatnya. Dalam pernyataan itu, disebutkan bahwa “kanker ini adalah bentuk yang lebih agresif dari penyakit tersebut, dan Biden serta keluarganya tengah mempertimbangkan opsi pengobatan.”
Menurut informasi dari Cleveland, kanker prostat merupakan kondisi di mana sel-sel tumbuh tidak terkendali di kelenjar prostat, yang terletak tepat di bawah kandung kemih. Para ahli mengingatkan bahwa tes PSA yang sering dipakai tidak selalu tangkap kanker prostat, terutama pada pria dengan riwayat keluarga pernah terdiagnosis kanker. Dr. Gabriel Ogah, seorang Konsultan Urologist, menyatakan bahwa meskipun tes PSA banyak digunakan, tes ini tidak selalu bisa dipercaya sepenuhnya.
Dia juga menjelaskan bahwa ada kasus di mana kadar PSA tetap normal meskipun seseorang menghadapi bentuk kanker yang agresif. Sebuah hasil PSA normal bukan berarti kanker prostat tidak ada. “Ada jenis kanker prostat yang tumbuh cepat tapi tidak menyebabkan peningkatan kadar PSA secara signifikan, sehingga bisa tidak terdeteksi hingga tahap lanjut,” jelasnya.
Banyak pria keliru mengira mereka bebas kanker hanya karena kadar PSA mereka normal, yang bisa mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan, khususnya untuk kanker prostat yang agresif atau yang diwariskan secara genetik. Dr. Ogah pun menyarankan agar pria dengan riwayat keluarga kanker prostat harus lebih waspada, dan tidak hanya mengandalkan PSA.
“Jika ayah, saudara, atau paman Anda mempunyai kanker prostat, PSA saja tidak cukup. Meskipun PSA normal, Anda masih bisa terkena penyakit ini. Tes genetik dan screening lain harus dipertimbangkan,” ujarnya.
Dari sudut pandang kesehatan, Dr. Ogah juga meringankan fakta bahwa tidak semua orang mampu untuk melakukannya, dengan menyebutkan bahwa banyak orang Nigeria kesulitan untuk membayar pengujian tersebut. Dia menyarankan agar otoritas kesehatan mengupayakan kampanye kesadaran yang lebih besar dan akses ke screening kanker prostat yang lebih baik, terutama di daerah yang kurang terlayani.
Sementara itu, Prof. Sulyman Kuranga mengingatkan bahwa kanker prostat yang diturunkan kini menjadi ancaman serius bagi pria Nigeria, khususnya yang memiliki riwayat keluarga. “Sekitar 70 persen pria Nigeria dihadapkan pada kanker prostat di tahap lanjut karena perilaku kesehatan yang buruk dan kurangnya pemeriksaan kesehatan rutin,” katanya. Menurutnya, kanker ini sering kali tidak menunjukkan gejala awal, sehingga mengarah pada keterlambatan diagnosis.
Prof. Kuranga mengatakan bahwa meskipun sebagian besar kasus kanker prostat sporadis, ada persentase kecil namun signifikan yang bersifat herediter. Pria dengan riwayat kanker prostat dalam keluarga harus mulai melakukan skrining lebih awal.
Dia merekomendasikan untuk memulai pemeriksaan pada usia 40 tahun bagi yang memiliki riwayat keluarga, sedangkan untuk yang tidak memiliki faktor risiko jelas, bisa mulai pada usia 50 tahun. “Kita perlu lebih berbekal informasi agar keluarga dapat dibimbing untuk mendeteksi lebih awal,” tambahnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran publik dan akses terhadap skrining genetik harus ditingkatkan.
Adanya kemajuan dalam ilmu genomik kini memudahkan penentuan individu yang berisiko tinggi. Hal ini memungkinkan perawatan lebih awal sebelum kanker menyebar, dan untuk itu, pemahaman lebih baik di kalangan masyarakat menjadi hal yang sangat penting.
Secara keseluruhan, para ahli sangat merekomendasikan agar pria tidak hanya bergantung pada tes PSA untuk mendeteksi kanker prostat. Rekomendasi screening yang lebih komprehensif dibutuhkan, terutama bagi mereka dengan riwayat keluarga. Stigma seputar pemeriksaan dini juga perlu diatasi agar orang tidak menunggu hingga kanker mencapai tahap lanjut. Kesadaran yang tinggi adalah kunci untuk deteksi dini, dan pembicaraan nasional tentang kanker prostat perlu diperluas.
Sumber Asli: punchng.com
Post Comment