Loading Now

Program Latihan Pasca Kanker Turunkan Risiko Kematian Sampai 37% Menurut Studi

Latihan terstruktur berkontribusi pada kesehatan pasca kanker usus, menggambarkan program kebugaran dan aktivitas fisik.

Studi 17 tahun menunjukkan bahwa program latihan terstruktur dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker kolorektal hingga 37%. Penelitian ini melibatkan 889 pasien dari enam negara, dengan hasil menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup dan pengurangan kemungkinan kambuh. Para peneliti menyerukan agar program ini menjadi bagian penting dalam terapi pasca kanker.

Sebuah studi bertahan selama 17 tahun menemukan bahwa program latihan yang terstruktur dapat meningkatkan peluang bertahan hidup bagi pasien kanker kolorektal. Penelitian ini melibatkan 889 pasien dari enam negara, yang menunjukkan bahwa peserta yang mengikuti program latihan memiliki risiko kematian akibat kanker kolorektal yang 37% lebih rendah, serta kemungkinan penyakit kembali 28% lebih kecil. Hal ini mungkin merubah cara pasien kanker kolorektal diobati.

Pelaksanaan riset ini dipimpinan oleh para akademisi dari Universitas Sydney, Queen’s University Canada, dan Universitas Alberta. Dengan latar belakang kanker kolorektal yang seringkali kembali, bahkan setelah pengobatan, studi tersebut memberikan harapan baru bagi mereka yang hrus melewati penyakit ini. Menurut Dr. Kerry Courneya, salah satu koordinator studi, “Temuan kami akan mengubah cara kami merawat kanker kolorektal.”

Latihan yang dianjurkan dalam studi ini tidak sembarangan. Para partisipan disarankan untuk menambah 250 menit aktivitas aerobik setiap minggunya, yang bisa berupa lima sesi latihan selama 30 menit. Di bawah metode ini, pasien bukan hanya didorong untuk berolahraga, tetapi dirawat dengan rencana latihan yang telah dipersonalisasikan. Sebuah kelompok kontrol yang diberi edukasi kesehatan mengenai pola makan dan kebiasaan hidup juga digunakan untuk perbandingan.

Menurut Janette Vardy, koordinator studi lainnya, “Satu kelompok diberikan materi edukasi kesehatan yang mempromosikan aktivitas fisik, dan kelompok lain menjalani program latihan terstruktur.” Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan yang mengikuti program latihan terstruktur jauh lebih berhasil; dengan tingkat kelangsungan hidup meningkat dari 83% menjadi 90%.

Studi tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 80% dari kelompok yang berlatih secara teratur tidak mengalami kekambuhan kanker dalam waktu lima tahun, dibandingkan dengan 74% dari kelompok edukasi kesehatan saja. Hal ini menggambarkan ada perbedaan signifikan dalam kelangsungan hidup, yang menunjukkan bahwa pendekatan latihan terstruktur memberi dampak nyata.

Meskipun bukan program berat, latihan ringan dengan tambahan 150 menit jalan cepat setiap minggu sudah cukup untuk memberikan hasil yang signifikan. Vardy menegaskan, “Perubahan ini seharusnya menjadi standar perawatan bagi pasien kanker kolorektal di seluruh dunia dan bisa jadi berguna juga untuk kelompok kanker lain.”

Studi seperti ini bukanlah yang pertama yang menunjukkan keuntungan besar dari penerapan program latihan. Riset sebelumnya juga mengaitkan aktivitas fisik dengan pengobatan untuk nyeri punggung kronis dan masalah kesehatan mental. Tim peneliti kini mendesak penyedia layanan kesehatan untuk memasukkan program latihan terstruktur sebagai bagian yang tidak dapat dinegosiasikan dalam perawatan kanker.

“Berdasarkan hasil penelitian kami, program latihan terstruktur ini seharusnya ditawarkan kepada pasien segera setelah mereka menyelesaikan kemoterapi,” kata Vardy. Olahraga tidak hanya bermanfaat, tapi dapat menyelamatkan nyawa. Penelitian ini memperkuat pentingnya aktivitas fisik secara konsisten setelah pengobatan.

Studi ini menunjukkan bahwa program latihan yang terstruktur pasca pengobatan kanker kolorektal dapat menurunkan risiko kematian dan kekambuhan dengan signifikan. Hasil penelitian ini mungkin memperubah cara pasien kanker diobati di seluruh dunia. Para peneliti menekankan perlunya penerapan program ini dalam pengobatan kanker untuk meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup pasien.

Sumber Asli: newatlas.com

Marcus Johnson is a talented sports journalist who transitioned into general news reporting, bringing his passion for storytelling with him. A graduate of Northwestern University, he worked for a major sports network before expanding his focus to cover significant social movements within the sports industry and beyond. His unique perspective and engaging writing style have made him a favorite among readers, and he is known for his in-depth analyses of societal trends and their impact on communities.

Post Comment