Risiko Kanker di Pangkalan Misil Angkatan Udara Dinilai Tinggi ‘Tapi Tidak Nol’
Temuan terbaru dari studi kesehatan Angkatan Udara menunjukkan bahwa personel yang menjaga misil balistik menghadapi risiko kanker sedikit lebih tinggi, dengan persentase mencapai 40%. Meskipun dianggap rendah, perlunya pemantauan dan pemeriksaan rutin di tempat kerja diusulkan sebagai langkah pencegahan. Beberapa kontaminan ditemukan di pangkalan, dan organisasi independen juga merilis temuan kanker darah.
Sebagai bagian dari studi kesehatan yang berlangsung, Komando Serangan Global Angkatan Udara AS baru saja merilis temuan terbaru terkait risiko kanker di kalangan personel yang menjaga misil balistik internasional. Pada acara town hall beberapa waktu lalu, mereka menyampaikan bahwa risiko kanker ini memang sedikit lebih tinggi, tetapi bukan berarti risiko tersebut tidak bisa diabaikan. Hal ini terutama berlaku untuk mereka yang bertugas di pangkalan selama delapan hingga 70 tahun, dengan perkiraan risiko kanker mendekati 40%.
Penilaian Risiko Kesehatan Angkatan Udara mengungkapkan bahwa risiko kanker bagi pria dan wanita yang bekerja di bidang ini berada di angka 39,9% hingga 40,13%. Pihak resmi menyarankan perlunya pemeriksaan rutin dan pemantauan lingkungan kerja demi keamanan kesehatan para personel tersebut. Kontaminan yang berpotensi menjadi penyebab kanker terdeteksi di beberapa pangkalan Angkatan Udara.
Studi lingkungan sebelumnya di pangkalan F.E. Warren, Malmstrom, dan Minot menunjukkan adanya zat kimia berbahaya. Kolonel Ric Speakman, kepala Sekolah Kedokteran Dirgantara Angkatan Udara, menyatakan secara tegas bahwa penilaian ini menunjukkan risiko kesehatan yang rendah tetapi tidak nol.
Kasus kanker non-Hodgkin lymphoma sempat menjadi perhatian. Sejumlah laporan menegaskan bahwa perhatian sebelumnya terhadap risiko kanker di kalangan misilir diabaikan. Meskipun ada perubahan dalam prosedur pemeriksaan lingkungan dan pencatatan kesehatan, banyak anggota yang masih merasa khawatir terhadap dampak buruk akibat kondisi kerja mereka di masa lalu.
Mixture kontaminan yang terdeteksi termasuk polychlorinated biphenyls (PCBs) dan senyawa lain seperti benzene dan chloroform. Walaupun PCBs terdeteksi di atas batas yang ditetapkan EPA, hasil studi menunjukkan adanya banyak zat lain yang juga berpotensi berbahaya.
Inisiatif Torchlight, sebuah organisasi grassroots, mengumumkan hasil studi independen pada bulan April lalu, menunjukkan bahwa anggota layanan didiagnosis dengan kanker darah pada usia yang lebih muda dibandingkan populasi umum. Dalam acara town hall, pejabat dari Global Strike Command memberikan perhatian juga pada studi ini, walaupun berbeda dari studi utama mereka.
Mei lalu, perwakilan dari Torchlight Inisiatif berada di Capitol Hill bersama kelompok advokasi lainnya, berharap agar tindakan undang-undang yang memperluas perlindungan kesehatan veteran dapat merangkul mereka yang mengalami masalah kesehatan di dalam negeri. Mereka menekankan perlunya dukungan lebih terhadap keluarga yang terkena dampak penyakit ini.
Sebagai kesimpulan, meskipun penilaian risiko kanker di kalangan personel Angkatan Udara menunjukkan angka yang rendah, tindakan pencegahan jelas masih sangat diperlukan. Pemeriksaan dan pemantauan rutin harus dilakukan untuk menjamin kesehatan para personel. Selain itu, perhatian tidak hanya pada kontaminan yang diketahui, tetapi juga potensi risiko lainnya harus terus diteliti dengan lebih lanjut, terutama oleh lembaga terkait untuk melindungi hak dan kesejahteraan para mantan anggota layanan ini.
Sumber Asli: www.military.com
Post Comment