Terapi Partikel Alfa: Makanan Baru untuk Pengobatan Tumor Neuroendokrin
Terapi partikel alfa muncul sebagai alternatif menjanjikan untuk tumor neuroendokrin, menawarkan presisi tinggi dengan kerusakan minimal pada jaringan sehat. Penelitian menunjukkan efektivitasnya dalam uji coba hewan dan manusia, meski terdapat tantangan dalam produksi isotop yang diperlukan.
Terapi partikel alfa mulai menonjol dalam pengobatan tumor neuroendokrin (NET) setelah bertahun-tahun mengandalkan terapi radionuklida reseptor peptide (PRRT) dengan isotop beta seperti Lutetium-177. Penelitian menunjukkan terapi ini menawarkan efektivitas yang lebih tinggi dengan dampak radiasi yang lebih terfokus dan mengurangi kerusakan pada jaringan sehat. Sebuah makalah dalam \”Brain Medicine\” menjelaskan potensi isotop pemancar alfa.
Partikel alfa memiliki energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan partikel beta, memungkinkan radiasi yang lebih terlokalisasi, menjelaskan Ashley B. Grossman, MD dari Universitas Oxford. Dengan penetrasi yang sangat rendah, hanya beberapa micrometer, partikel alfa efektif menargetkan sel tumor sambil mengurangi efek samping seperti kerusakan pada sumsum tulang dan ginjal, yang menjadi perhatian besar dalam terapi radionuklida.
NET sangat cocok untuk terapi partikel alfa karena tingginya ekspresi reseptor somatostatin pada sel-selnya, yang memungkinkan pengiriman radiopharmaceuticals yang lebih tepat. Grossman mencatat histori PRRT dengan Lutetium-177 sebagai pilihan pertama bagi NET progresif, namun terapi partikel alfa bisa menjadi pilihan yang lebih efektif di garis depan atau sebagai pilihan kedua bagi pasien yang tidak lagi merespons PRRT.
Pengujian hewan menunjukkan bahwa pemancar alfa seperti Actinium-225 dan Lead-212 dapat mencegah pertumbuhan tumor dengan toksisitas minimal. Sebuah uji coba fase I menunjukkan tingkat kontrol penyakit sebesar 80% pada pasien yang tidak memiliki riwayat PRRT, sedangkan Actinium-225 menunjukkan tingkat kontrol penyakit mendekati 90% pada beberapa kohort.
Meskipun menjanjikan, terapi partikel alfa masih dalam tahap awal dan menghadapi tantangan seperti kesulitan memperoleh isotop yang tepat. Grossman menekankan biaya dan kelangkaan isotop seperti Lead-212, Actinium-225, dan Bismuth-213 yang sulit diproduksi secara massal. Hanya sedikit pusat di seluruh dunia yang menggunakan pemancar alfa secara terapeutik, meskipun uji coba klinis diharapkan akan berkembang ke depan.
Meskipun belum menjadi standar, uji klinis sedang dilakukan untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas terapi ini. Grossman mencatat bahwa penggabungan terapi dengan imunoterapi atau penghambat perbaikan DNA bisa meningkatkan hasil pengobatan.
Terapi partikel alfa tidak hanya untuk NET tetapi juga berpotensi digunakan pada kanker lain dengan reseptor permukaan yang unik. Grossman menyarankan bahwa identifikasi target reseptor di tumor lain dapat memperluas jangkauan terapi ini. Kesadaran yang meningkat oleh peneliti dan klinisi diharapkan meningkatkan permintaan dan menurunkan biaya, menjadikan terapi partikel alfa lebih tersedia dan ekonomis.
Terapi partikel alfa menunjukkan potensi besar dalam pengobatan tumor neuroendokrin dengan kemampuan menargetkan sel tumor secara lebih efisien. Meskipun ada tantangan dalam produksi isotop, hasil awal klinis menjanjikan untuk pengembangan terapi ini. Kombinasi dengan imunoterapi dan inovasi lain bisa semakin mengoptimalkan hasil pengobatan.
Sumber Asli: www.insideprecisionmedicine.com
Post Comment