Protein Cairan Serebrospinal Bisa Prediksi Efek Samping Imunoterapi Kanker
Penelitian Jepang menunjukkan bahwa analisis protein dalam cairan serebrospinal dapat memprediksi efek samping berbahaya dari imunoterapi kanker, membantu dokter mengidentifikasi pasien berisiko tinggi dan memungkinkan perawatan pencegahan.
Penelitian baru dari Jepang telah menemukan cara untuk memprediksi efek samping berbahaya dari imunoterapi kanker. Para peneliti di Universitas Kyushu menganalisis cairan serebrospinal yang diambil sebelum pengobatan, menemukan protein yang terkait dengan respons imun merusak pada sistem saraf pusat. Temuan ini dapat membantu dokter mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi sebelum terapi dimulai, memungkinkan perawatan awal atau pencegahan.
Dalam dekade terakhir, imunoterapi kanker, termasuk terapi sel T CAR, telah menjadi strategi pengobatan yang menjanjikan. Namun, ada risiko serius, seperti sindrom neurotoksisitas terkait sel efektor imun (ICANS), yang dapat menyebabkan peradangan di sistem saraf pusat. “ICANS dapat muncul dengan gejala ringan seperti sakit kepala, namun dalam kasus yang lebih parah bisa mengancam jiwa,” jelas Dr. Yuya Kunisaki.
Penelitian ini menganalisis protein dalam cairan serebrospinal dari 29 pasien non-Hodgkin limfoma sel B. Dari jumlah tersebut, 11 pasien mengalami ICANS sedangkan 18 tidak. Tim peneliti menemukan 864 protein dari semua sampel cairan spinal, kemudian mengecilkan list menjadi 46 protein yang berbeda tingkat antara dua kelompok pasien, yang berpotensi menjadi biomarker untuk memprediksi kondisi tersebut.
Dua protein, C1RL dan FUCA2, menjadi prediktor terbaik. Ketika rasio protein ini dianalisis, akurasinya tinggi dalam menentukan pasien berisiko tinggi ICANS. Penelitian ini juga melibatkan 10 pasien lain, dan rasio protein ini kembali berhasil memprediksi risiko ICANS.
Meskipun akurasi tinggi, peneliti mengingatkan bahwa ukuran sampel yang kecil berarti hasil ini masih awal. “Kami perlu mengulangi penelitian dengan lebih banyak pasien untuk memvalidasi hasil ini,” kata Dr. Tomoko Nomiyama, mitra penulis utama. Penelitian juga bertujuan untuk menemukan biomarker dalam cairan lain yang lebih mudah dikumpulkan, seperti serum darah, agar lebih banyak pasien dapat diuntungkan.
Penelitian ini menunjukkan potensi untuk memprediksi efek samping serius dari imunoterapi kanker dengan menganalisis protein dalam cairan serebrospinal. Hasil ini dapat membantu dokter mendeteksi risiko lebih awal dan memberikan perawatan preventif, meningkatkan keselamatan pasien. Penelitian lanjutan dengan sampel lebih besar dan biomarker lain diharapkan akan memperkuat temuan ini.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com
Post Comment