Loading Now

Inhibitor Checkpoint dalam Kanker: Terobosan, Hambatan, dan Masa Depan

Checkpoint inhibitors adalah terapi yang memanfaatkan sistem imun untuk melawan kanker, dengan kombinasi berbagai obat baru dan tantangan dalam efektivitas serta keamanan. Pengembangan inhibitor baru menunjukkan harapan, meskipun ada hambatan dalam penelitian dan penerapan klinis.

Inhibitor checkpoint adalah obat yang memanfaatkan sistem imun untuk menghancurkan sel kanker. Sejak disetujui pertama kali di AS pada tahun 2011, inhibitor ini dianggap sebagai terobosan dalam penelitian imunoterapi. Meskipun beberapa inhibitor terus berkembang, ada juga yang menghadapi hambatan terkait keamanan dan efektivitas terbatas. Dengan munculnya kombinasi obat baru dan target novel, perkembangan inhibitor checkpoint menjadi sangat dinamis.

Inhibitor checkpoint bekerja dengan memblokir protein checkpoint yang menjadi saklar mati bagi sistem imun, sehingga sel kanker dapat menghindari kehancuran. Protein checkpoint termasuk PD-1, PD-L1, CTLA-4, dan LAG-3. Dengan cara ini, inhibitor checkpoint membebaskan sistem imun untuk menyerang sel kanker.

Ipilimumab (Yervoy), adalah inhibitor checkpoint pertama yang disetujui FDA, diikuti oleh Opdivo (nivolumab), Keytruda (pembrolizumab), dan Libtayo (cemiplimab). Inhibitor-inhibitor ini memberikan pendekatan berbeda dalam merampingkan tanggapan imun terhadap tumor.

Kombinasi obat checkpoint, seperti Opdualag dan Yervoy-Opdivo, berupaya meningkatkan efektivitas dengan menargetkan jalur imun yang berbeda. Sementara Yervoy-Opdivo dianggap standar perawatan, Opdualag memiliki efek samping lebih sedikit, kurang dari 20% pasien mengalami efek samping serius.

Beberapa kandidat baru sedang dalam tahap pengembangan klinis, termasuk PM8002, ivonescimab, dan EMB-09. PM8002 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup keseluruhan yang tinggi pada pasien kanker payudara triple-negatif, sementara ivonescimab menunjukkan efektivitas yang menjanjikan pada kanker paru.

Agenus, perusahaan bioteknologi, sedang mengeksplorasi kombinasi inhibitor dengan molekul aktif yang berbeda, seperti balstilimab. Meskipun telah menunjukkan janji, kombinasi tersebut belum mendapatkan persetujuan dari FDA karena kekhawatiran akan manfaat keseluruhan terhadap kelangsungan hidup.

Regeneron sedang mengembangkan fianlimab untuk melanoma sebagai pesaing potensial terhadap relatlimab. Meskipun menunjukkan angka respons yang mengesankan, percobaan tersebut dihadapkan pada tantangan pemutusan perawatan oleh sebagian besar pasien.

Tantangan keamanan juga menghambat penggunaan inhibitor checkpoint dalam kanker lambung dan esofagus, di mana efek samping dapat berakibat fatal. FDA berhati-hati dalam menyetujui penggunaan inhibitor checkpoint secara luas di area ini.

Inovasi terbaru dalam pengobatan kanker muncul dengan pengembangan inhibitor PTPN2 yang dapat memperbaiki aktivitas antitumor, meski inhibitor TIGIT harus menghadapi sejumlah kegagalan dalam percobaan klinis.

Inhibitor checkpoint menawarkan harapan baru dalam pengobatan kanker, meskipun menghadapi tantangan seperti efektivitas terbatas dan efek samping serius. Kombinasi baru dan penelitian mengenai inhibitor inovatif, seperti PTPN2, menjanjikan kemajuan lebih lanjut. Namun, kesadaran akan risiko terkait dan kehati-hatian dalam persetujuan medis tetap penting.

Sumber Asli: www.labiotech.eu

Marcus Johnson is a talented sports journalist who transitioned into general news reporting, bringing his passion for storytelling with him. A graduate of Northwestern University, he worked for a major sports network before expanding his focus to cover significant social movements within the sports industry and beyond. His unique perspective and engaging writing style have made him a favorite among readers, and he is known for his in-depth analyses of societal trends and their impact on communities.

Post Comment