Kemajuan Terbaru dalam Deteksi dan Pengobatan Kanker Endometrium
Dua studi di SGO 2025 menyoroti kemajuan deteksi dan pengobatan kanker endometrium. Uji DUO-E menunjukkan keefektifan kombinasi durvalumab dan olaparib, sementara studi PUMBA menyoroti disparitas rasial dalam diagnosis.
Dua studi terbaru yang diperkenalkan oleh Moore et al. dan Nolin et al. di Pertemuan Tahunan SGO 2025 membahas kemajuan dalam deteksi dan pengobatan kanker endometrium. Keduanya menyoroti pentingnya kedokteran presisi dan akses kesehatan yang setara untuk meningkatkan hasil pengobatan kanker endometrium.
Studi pertama, uji DUO-E, mengkaji penggunaan inhibitor checkpoint imun durvalumab bersama dengan carboplatin/paclitaxel. Hasilnya menunjukkan kombinasi durvalumab dan olaparib meningkatkan kelangsungan hidup bebas progresi dibandingkan dengan kemoterapi saja, terutama pada pasien dengan biomarker tertentu dan DNA tumor yang terdeteksi. Dr. Kathleen Moore, penulis utama studi, menekankan pentingnya pendekatan berbasis biomarker untuk menyesuaikan terapi dan memperbaiki hasil pengobatan.
Pada studi kedua, penelitian PUMBA, peneliti menganalisis disparitas rasial dalam diagnosis kanker endometrium. Mereka menemukan bahwa pasien kulit hitam dengan perdarahan pasca-menopause kurang mendapat sampling endometrium tepat waktu setelah ultrasound transvaginal abnormal, yang dapat menyebabkan diagnosis di stadium lebih lanjut. Dr. Angela Nolin, penulis utama, menyoroti kebutuhan mendesak untuk menangani disparitas ini, sehingga meningkatkan kepatuhan terhadap pedoman klinis dan tindak lanjut setelah ultrasound abnormal dapat berdampak signifikan pada tingkat kelangsungan hidup pasien kulit hitam.
Studi baru-baru ini menunjukkan kemajuan dalam deteksi dan pengobatan kanker endometrium, menekankan pentingnya kedokteran presisi dan akses kesehatan yang setara. Temuan dari DUO-E trial dan PUMBA study memberikan wawasan tentang pengobatan berbasis biomarker dan tantangan disparitas rasial. Ini menunjukkan perlunya intervensi untuk meningkatkan hasil dan akses bagi pasien dengan risiko tinggi.
Sumber Asli: ascopost.com
Post Comment