Dapatkah Olahraga Memperlambat Perkembangan Kanker Payudara?
Peningkatan aktivitas fisik berpotensi memperlambat perkembangan kanker payudara melalui perubahan hormonal, penanda metabolik, dan respon imun. Olahraga bermanfaat tetapi tidak menyusutkan tumor yang ada. Penelitian terus berlanjut untuk menentukan rekomendasi yang tepat dan integrasi dalam perawatan kanker.
Peningkatan minat dalam gaya hidup mempengaruhi perkembangan kanker, dengan aktivitas fisik menjadi alat berpotensi penting. Penelitian Dr. Mhairi Morris di Loughborough University menyelidiki dampak olahraga terhadap kanker payudara pada tingkat molekuler. Fokusnya adalah untuk melihat apakah olahraga dapat memperlambat atau bahkan mencegah perkembangan kanker payudara.
Kanker payudara berkembang saat sel-sel di jaringan payudara tumbuh tidak terkendali, biasanya dipicu oleh hormon, mutasi genetik, dan faktor lingkungan. Estrogen berperan penting dalam perkembangan kanker payudara, dan olahraga dapat mengatasi proses ini melalui empat mekanisme kunci.
Pertama, olahraga dapat menurunkan kadar estrogen. “Saat wanita menopause, kita berhenti memproduksi estrogen dari ovarium. Sel lemak juga menjadi sumber estrogen,” ujar Morris. Olahraga membantu mengurangi lemak tubuh, menurunkan produksi estrogen, dan menciptakan lingkungan yang kurang bersahabat untuk perkembangan kanker.
Kedua, olahraga berpengaruh pada penanda metabolik dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar insulin, yang bisa memperlambat pertumbuhan kanker. “Olahraga juga berdampak pada penanda metabolik seperti insulin dan reseptor IGF yang menggerakkan pertumbuhan sel kanker,” jelas Morris.
Ketiga, olahraga mengurangi peradangan kronis. “Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas mengalami peradangan rendah kronis yang mendukung pertumbuhan tumor, dan olahraga dapat menghadapinya,” kata Morris.
Selain itu, olahraga memobilisasi sel-sel kekebalan, seperti sel NK, yang membantu tubuh melawan sel kanker. “Olahraga memobilisasi mereka karena pelepasan adrenalin saat berolahraga,” kata Morris, yang meningkatkan deteksi dan eliminasi sel kanker.
Penelitian terhadap hewan menunjukkan olahraga dapat mengurangi insiden dan pertumbuhan tumor. Namun, Morris mencatat bahwa olahraga tidak mengurangi ukuran tumor yang sudah ada. Meskipun tidak menggantikan terapi kanker tradisional, efek positif olahraga pada sistem kekebalan adalah area penelitian yang menjanjikan.
Terdapat ketidakpastian mengenai jenis dan durasi olahraga yang optimal. “Literatur menunjukkan silangan, dan tidak ada yang tahu jenis terbaik atau durasi mana yang paling efektif,” ungkap Morris. Olahraga dengan intensitas rendah juga dapat memiliki dampak berarti, bahkan untuk individu yang tidak dapat berolahraga dengan intensitas tinggi.
Dengan semakin banyak penelitian yang menunjukkan manfaat olahraga, semakin besar minat untuk mengintegrasikan aktivitas fisik terstruktur dalam perawatan kanker. Beberapa program onkologi telah mencakup resep olahraga yang disesuaikan.
Morris menyimpulkan perlunya rekomendasi olahraga yang dipersonalisasi. “Cara saya merespons olahraga berbeda dari Anda, dan jika pasien memiliki kanker, tantangan lain juga ada.” Penelitian lebih lanjut diharapkan akan menjadikan olahraga bagian rutin dari perawatan kanker, meningkatkan hasil dan kualitas hidup pasien.
Olahraga menunjukkan potensi besar dalam memperlambat atau mencegah perkembangan kanker payudara melalui mekanisme seperti menurunkan estrogen, mengatur penanda metabolik, mengurangi peradangan, dan memobilisasi sel kekebalan. Meskipun tidak menyusutkan tumor yang ada, olahraga dapat menjadi pendekatan yang komplementer dalam perawatan kanker. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan jenis dan durasi olahraga yang paling efektif, dan untuk mengintegrasikan aktivitas fisik ke dalam perawatan kanker secara rutin.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com
Post Comment