Strategi Efektif dalam Mengkomunikasikan Diagnosis Kanker
Mohamad Mohty, MD, PhD, menguraikan strategi untuk menyampaikan diagnosis kanker secara efektif. Komunikasi yang empatik penting untuk mendukung pasien. Persiapan, memahami latar belakang pasien, dan menggunakan bahasa yang jelas adalah kunci untuk penyampaian yang baik. Dalam konteks beban pasien yang meningkat, kecerdasan emosional menjadi semakin penting.
Mohamad Mohty, MD, PhD, berbicara dengan Physician’s Weekly tentang strategi untuk membantu klinisi dalam menyampaikan diagnosis kanker secara efektif. Menyampaikan berita buruk, terutama tentang kanker, sangat menantang dan dapat mempengaruhi kondisi mental pasien serta kemampuannya untuk membuat keputusan yang terinformasi mengenai perawatan mereka. Mohty dan rekan-rekannya menerbitkan artikel di Clinical Hematology International untuk membantu praktisi kesehatan menghadapi situasi emosional ini.
Di dalam artikel tersebut, Mohty menekankan bahwa komunikasi yang efektif dan empatik bukan hanya keterampilan lembut, melainkan bagian penting dari perawatan berpusat pada pasien. Tanpa komunikasi yang tepat, pasien dapat merasa kebingungan dan tidak didukung. Salah satu kunci utama adalah persiapan, di mana klinisi perlu meluangkan waktu untuk mengumpulkan informasi medis dan memahami latar belakang emosional pasien.
Beberapa strategi penting yang dapat diikuti oleh klinisi meliputi:
1. Menilai pemahaman pasien dengan pertanyaan terbuka.
2. Menggunakan bahasa yang jelas dan penuh kasih.
3. Memperhatikan bahasa tubuh, seperti menjaga kontak mata dan menghindari penghalang fisik.
4. Mendorong keterlibatan keluarga, kecuali jika pasien tidak menginginkannya.
5. Mengakui emosi pasien dan memberikan ruang untuk kesunyian agar mereka dapat mencerna informasi.
Karena beban pasien yang meningkat dan batasan waktu, ada risiko bahwa percakapan penting ini bisa tergesa-gesa. Artikel menekankan pentingnya kecerdasan emosional dalam menyampaikan berita buruk—skil yang belum bisa sepenuhnya digantikan oleh teknologi AI. Penelitian mendatang perlu difokuskan pada dampak strategi komunikasi terhadap hasil jangka panjang pasien, pengaruhnya dalam tim interdisipliner, dan cara komunikasi dalam konteks telemedicine.
Menghadapi situasi yang sulit ini dengan pendekatan terstruktur membantu baik pasien maupun klinisi. Komunikasi yang penuh kasih mendukung pasien dan mengurangi kelelahan pada klinisi, menjadikan dokter lebih percaya diri dalam percakapan ini. Pelatihan keterampilan ini untuk generasi klinisi berikutnya sangat penting.
Menyampaikan berita buruk, khususnya diagnosis kanker, membutuhkan pendekatan yang empatik dan terstruktur. Persiapan, komunikasi yang jelas, dan perhatian terhadap bahasa tubuh adalah kunci untuk memastikan pemahaman pasien. Dalam era teknologi, kecerdasan emosional tetap penting untuk membangun hubungan yang kuat antara pasien dan klinisi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui dampak dari pendekatan ini terhadap hasil pasien di masa depan.
Sumber Asli: www.physiciansweekly.com
Post Comment