Loading Now

Pemahaman Kanker Prostat: Skrining, Pengawasan Aktif, dan Perawatan

Ilustrasi pengobatan kanker prostat dengan pendekatan modern dan pemantauan aktif menggunakan warna cerah.

Ketidakpastian mengenai kanker prostat, terutama setelah berita diagnosis Joe Biden, telah memicu diskusi. Dr. Michael Leapman menjelaskan pentingnya tes PSA, pilihan perawatan seperti bedah dan radiasi, serta perkembangan aktif pengawasan sebagai strategi baru. Kanker prostat tetap menjadi yang paling umum di kalangan pria namun dengan banyak kemajuan dalam pengobatan.

Kanker prostat adalah masalah kesehatan yang sering dibicarakan, apalagi setelah diagnosis kanker prostat stadium IV mantan Presiden Joe Biden baru-baru ini. Melalui acara radionya “Yale Cancer Answers,” Dr. Michael Leapman dari Yale Cancer Center mencakup hal-hal penting yang perlu diketahui pria tentang penyakit ini, termasuk pengecekan dan tratmen.

Pemeriksaan kanker prostat, seperti tes PSA, mulai diperkenalkan sejak awal 1990-an dan telah membantu banyak pria. PSA, yang merupakan biomarker dari sel prostat, bisa saja menunjukkan hasil positif palsu. Tingkat PSA dapat meningkat karena infeksi atau inflamasi, sehingga penting untuk tidak langsung panik dan memahami interpretasi hasilnya.

Tapi siapa yang seharusnya mendapatkan tes PSA? Menurut Dr. Leapman, pria berusia 55 hingga 69 tahun mendapatkan manfaat paling nyata dari skrining ini, mengurangi risiko kematian akibat kanker prostat. Namun, bagi mereka yang lebih tua atau memiliki masalah kesehatan serius, mungkin screening bukan pilihan terbaik.

Kanker prostat tetap menjadi kanker padat paling umum di kalangan pria di AS, dengan estimasi 300.000 kasus baru tahun ini. Dari autopsi pria lanjut usia, hingga 50% pria di usia 80-an menunjukkan tanda-tanda kanker prostat. Sekitar 30.000 hingga 35.000 pria meninggal setiap tahun karena penyakit ini, tetapi banyak juga yang berhasil mengatasi dengan pengobatan.

Perawatan kanker prostat telah berkembang pesat. Pilihan utama tetap radioterapi dan bedah, namun metode baru bernama terapi fokus atau ablasi telah muncul. Terapi ini menggunakan energi untuk menghancurkan bagian prostat tanpa harus mengangkatnya. Selain itu, kemajuan dalam bedah robotik juga memungkinkan prosedur yang lebih minim invasif, yang sangat membantu dalam mendapatkan akses ke area yang lebih sempit.

Pilihan antara bedah dan radiasi adalah hal yang sangat personal. Bedah dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kanker dan memungkinkan perawatan tambahan di masa depan jika diperlukan. Radiasi, di sisi lain, tidak memerlukan rawat inap dan seringkali mempengaruhi kontrol urine lebih sedikit, tetapi juga memiliki risiko efek samping.

Dua efek samping utama yang dikhawatirkan adalah inkontinensia dan disfungsi seksual. Mengingat lokasi prostat yang dekat dengan sistem saluran kemih, tindakan medis apapun di sana bisa berisiko memengaruhi kontrol urine. Karena itu, tujuan utama adalah mengontrol kanker sembari menjaga kualitas hidup pasien.

Aktif pengawasan kini semakin menjadi pilihan. Banyak kanker prostat yang terdeteksi tidak agresif, sehingga pasien tidak selalu perlu langsung diobati. Di Yale, mayoritas pasien dengan kanker prostat berisiko rendah kini memilih untuk menjalani pemantauan aktif. Ini memungkinkan penanganan yang tepat jika kondisi mereka memburuk, tanpa melakukan perawatan yang berlebihan.

Terakhir, bagaimana dengan pria muda yang mengalami kanker prostat? Meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan pria lebih tua, risiko ini meningkat seiring bertambahnya skrining. Karena masalah kesuburan perlu dipertimbangkan, pendekatan perawatan untuk mereka harus lebih personal dan disesuaikan.

Kanker prostat adalah penyakit yang kompleks dan semakin menjadi perhatian. Screening lewat tes PSA, keputusan untuk berobat, atau memilih pengawasan aktif semua memerlukan pertimbangan cermat, terutama untuk pasien yang lebih tua atau dengan risiko lebih rendah. Dengan kemajuan dalam perawatan kanker, banyak pria hidup lebih baik meski terdiagnosis kanker prostat.

Sumber Asli: medicine.yale.edu

Ines Alvarez is a digital media strategist and journalist who has reshaped online news reporting through innovative storytelling techniques. With a degree from the University of California, Berkeley, Ines utilizes her technological expertise to engage readers through interactive content and immersive narratives. Over a span of ten years, she has covered major events across various platforms, developing a unique voice that resonates with diverse audiences. Ines is also an advocate for journalism education and is often invited to speak at media seminars.

Post Comment