Solusi Kreatif untuk Pencegahan Kanker Serviks
Kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin dan skrining HPV, namun masih banyak ketidakmampuan akses terutama di komunitas yang kurang beruntung. Joanna Sickler dari Roche menyerukan negara-negara untuk menerapkan program eliminasi kanker serviks melalui vaksinasi, skrining, dan pengobatan. Penting untuk memberi kesadaran, menyederhanakan akses pemeriksaan, dan mempertimbangkan inovasi dalam penyampaian layanan kesehatan.
Pencegahan kanker serviks harus menjadi tanggung jawab bersama. Melalui pemeriksaan HPV, kanker ini dapat diidentifikasi lebih awal. Pertanyaannya, kenapa ada orang yang masih terjangkit dan meninggal? Kesulitan ini terutama dialami oleh populasi yang kurang mampu, seiring dengan akses layanan kesehatan yang terbatas, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, permasalahan ini tidak hanya terfokus di situ; di AS, ada sekitar 11.500 kasus baru setiap tahun dengan 4.000 orang meninggal dunia.
Joanna Sickler, Wakil Presiden Roche untuk Kebijakan Kesehatan dan Urusan Eksternal, menyerukan kepada semua negara untuk mengembangkan program eliminasi penyakit ini, mengikuti saran WHO yang memberikan pendekatan tiga pilar: vaksinasi untuk mencegah HPV, pemeriksaan bagi wanita dewasa yang belum divaksin, serta memastikan setiap yang terdiagnosis dihubungkan ke pengobatan. Jika kebijakan nasional memprioritaskan dan memberikan anggaran, akses universal bisa tercapai.
Sickler menekankan bahwa sistem kesehatan di AS sangat terfragmentasi. Meskipun imunisasi HPV direkomendasikan untuk usia 9 hingga 26 tahun, masih banyak anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan vaksinasi yang diperlukan. Ini sangat menjadi perhatian, mengingat HPV dapat menyebabkan kanker serviks. Dalam banyak kasus, skrining adalah satu-satunya cara untuk mendeteksi kanker serviks, tetapi sayangnya, banyak yang tidak menjalani pemeriksaan yang cukup.
Pemeriksaan, seperti pap smear, akan mengidentifikasi adanya sel kanker jika sudah ada, sementara pengujian molekuler HPV jauh lebih spesifik dengan mendeteksi virus penyebab kanker. Di AS, meski vaksin dan pengujian yang efektif tersedia, mereka tak akan berguna tanpa pemahaman dan akses yang adekuat. Selain itu, logistik seperti waktu dan transportasi menjadi penghalang yang serius.
Bukan hanya di negara-negara berkembang, keadaan serupa terjadi di AS. Banyak orang merasa malu, trauma, atau takut untuk melakukan pemeriksaan, yang sebenarnya bisa diatasi dengan pemahaman dan kenyamanan. Adalah jelas bahwa untuk meningkatkan deteksi kanker serviks, kita harus memikirkan metode yang lebih inovatif dan ramah pasien.
Sickler merekomendasikan beberapa langkah inovatif yang bisa dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan dan pembuat kebijakan. Pertama, membangun kesadaran lebih tentang risiko HPV. Kedua, sistem kesehatan perlu memperbaiki kemudahan akses untuk pemeriksaan HPV. Ketiga, kita harus mengenali berbagai hambatan yang ada meskipun banyak orang sudah memiliki asuransi yang mengurangi beban biaya.
Di era pandemi COVID-19, muncul model-model baru seperti telemedicine yang dapat meningkatkan akses kesehatan. Inilah saatnya untuk mengubah cara kita memberikan layanan kesehatan dengan lebih berpihak kepada pasien. Jika kita bisa mempertimbangkan semua tantangan ini dan menemukan solusi bukan hanya bagi pasien tetapi juga penyedia layanan, kita memiliki peluang besar untuk mengeliminasi kanker serviks, tidak hanya di AS tetapi di seluruh dunia.
Pencegahan kanker serviks harus menjadi prioritas global, dikarenakan masih tingginya angka kematian akibat penyakit ini. Solusi yang diperlukan mencakup pemahaman lebih baik tentang pentingnya vaksinasi dan pemeriksaan HPV. Selain itu, akses yang lebih baik harus diberikan kepada masyarakat untuk mengatasi berbagai hambatan yang ada. Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat, kita bisa menjangkau populasi yang sulit dijangkau dan bisa mengeliminasi kanker serviks di masa depan.
Sumber Asli: www.roche.com
Post Comment