Loading Now

Bagaimana Stres Mempengaruhi Jalannya Kanker

Ilustrasi hubungan stres dan kanker dengan sel-sel tumor dan sistem limfatik di latar belakang. Warna netral dan tenang.

Penelitian menunjukkan pengaruh stres terhadap perkembangan kanker, meskipun hubungan ini masih diperdebatkan. Temuan menunjukkan bahwa stres dapat memengaruhi biologi tumor dan prognosis pasien. Beta blocker dan terapi lainnya menunjukkan potensi dalam meningkatkan hasil bagi pasien kanker, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Stres telah lama dihubungkan dengan perkembangan kanker. Sejak zaman Yunani kuno, Hippocrates dan Galen berpendapat bahwa melankolia, atau depresi akibat kelebihan “empedu hitam”, dapat turut berkontribusi pada kanker. Meskipun banyak peneliti menolak ide adanya kepribadian yang rentan kanker, pengaruh stres dan faktor psikologis terhadap kanker masih jadi perdebatan. Berbagai penelitian epidemiologis menunjukkan hubungan antara depresi, status sosial ekonomi rendah, dan peningkatan risiko kanker.

Dalam beberapa tahun terakhir, variasi pendekatan mulai diambil untuk memahami hubungan ini, seperti eksperimen pada sel dan hewan. Julienne Bower, seorang psikolog kesehatan dari UCLA, menyatakan bahwa studi tersebut menunjukkan bahwa faktor psikologis bisa mempengaruhi biologi tumor. Blocking sinyal kimia stres bisa, beberapa penelitian menunjukkan, meningkatkan prognosis bagi pasien kanker.

Kepentingan baru mengenai hubungan stres dengan perkembangan kanker juga berasal dari penelitian tentang respons tubuh terhadap HIV. Tim Steve Cole di UCLA menemukan hubungan antara stres dan hasil yang buruk pada pasien HIV. Mereka mencatat, pada monyet yang mengalami stres, kelenjar getah bening memiliki lebih banyak hubungan saraf simpatis, yang berdampak negatif pada reaksi antiviral sel-sel imun.

Erica Sloan, mantan anggota tim Cole, melakukan penelitian mengenai apakah stres juga mempengaruhi penyebaran kanker. Temuannya menunjukkan bahwa stres kronis meningkatkan koneksi antara sistem limfatik dan tumor payudara, sehingga kanker lebih mungkin menyebar. Sementara itu, pengobatan dengan beta blocker mencegah efek ini. Studi lain juga menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan perubahan molekuler dalam sistem imun yang mempercepat perkembangan kanker.

Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa stres mengurangi aktivitas sel imun yang penting untuk melawan kanker. Penelitian oleh Susan Lutgendorf menunjukkan bahwa dalam pasien kanker ovarium, depresi dan kecemasan berhubungan dengan sel imun yang tidak efektif dalam memerangi tumor. Faktor sosial juga berpengaruh pada pertumbuhan tumor.

Dengan berbagai penelitian, banyak ilmuwan kini percaya bahwa manajemen stres harus menjadi bagian dari pengobatan kanker. Beta blocker sebagai obat antihipertensi sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan prognosis pasien kanker. Riset menunjukkan manfaat beta blocker dalam pengobatan pasca operasi serta kanker payudara dan kanker kolorektal. Namun, lebih banyak penelitian yang lebih besar dibutuhkan untuk memahami efektivitas obat ini pada jenis kanker lainnya dan dampak jangka panjang dari intervensi pengelolaan stres.

Walau banyak pertanyaan yang tersisa, seperti seberapa besar stres dapat meningkatkan risiko individu terkena kanker, ada konsensus yang terbentuk. Banyak peneliti, seperti Barbara Andersen, mendorong agar terapi psikologis termasuk dalam praktik klinis untuk pasien kanker. Pada umumnya, kanker tidak selalu diiringi dengan dukungan psikologis yang cukup, padahal banyak pasien bisa sangat diuntungkan dari intervensi berbasis pikiran dan tubuh, serta strategi lain untuk mengatasi stres.

Stres memainkan peran penting dalam perkembangan dan hasil kanker. Berdasarkan penelitian, faktor psikologis berdampak pada biologi tumor dan dapat mempengaruhi prognosis pasien. Dengan adanya pengobatan seperti beta blocker dan pentingnya manajemen stres, ada harapan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Namun, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk mengonfirmasi efektivitas dan dampak jangka panjang dari intervensi ini.

Sumber Asli: www.wvnews.com

Aiden Caldwell is a seasoned journalist with over 15 years of experience in broadcast and print media. After earning his degree in Communications from a prestigious university, he began his career as a local news reporter before transitioning to digital journalism. His articles on public affairs have earned him accolades in the industry, and he has worked for several major news organizations, covering everything from politics to science. Aiden is known for his investigative prowess and his ability to connect with audiences through insightful storytelling.

Post Comment