Pencegahan Kanker
Penelitian
CANCER PREVENTION, CENTRE FOR EVOLUTION AND CANCER, CLINICAL TRIALS, EUROPE, FOR CANCER DRUG DISCOVERY, ICR, INSTITUTE OF CANCER RESEARCH, LONDON, MEDICINE, PRECISION MEDICINE, QUEEN MARY UNIVERSITY OF LONDON, RESEARCH, SCIENCE, UK, UNITED KINGDOM
Marcus Johnson
0 Comments
Prediksi Cara Kerja Obat Kanker Usus Besar yang Akan Berhenti
Tim dari Institute of Cancer Research dan Queen Mary University of London telah mengembangkan teknologi baru untuk memprediksi bagaimana sel kanker usus besar mengembangkan resistensi terhadap kemoterapi. Menggunakan model matematika dan metode EIRAs, mereka berupaya menciptakan lebih banyak obat yang efektif dan personal untuk pasien kanker. Hal ini untuk mengatasi masalah resistensi yang menjadi tantangan dalam pengobatan kanker, khususnya kanker usus besar.
Penelitian terbaru dari Institute of Cancer Research (ICR) London dan Queen Mary University of London berfokus pada bagaimana sel kanker usus besar mengembangkan resistensi terhadap kemoterapi. Mereka menggunakan model matematika untuk memprediksi kapan resistensi obat terjadi, yang sangat penting mengingat kanker usus besar menjadi penyebab kematian keempat tertinggi akibat kanker di Inggris, dengan sekitar 44.100 kasus baru setiap tahun.
Kanker usus besar, umumnya diobati dengan kemoterapi, belum mengalami banyak perubahan dalam 50 tahun terakhir. Sayangnya, banyak pasien kanker usus besar yang berada pada stadium lanjut meninggal akibat resistensi obat, ketika sel kanker menjadi tidak responsif terhadap pengobatan. Untuk menangani ini, para peneliti mengeksplorasi bagaimana perubahan molekuler dalam sel kanker dapat membuat pengobatan tidak efektif.
Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, tim tersebut melacak perkembangan resistensi sel kanker usus terhadap kemoterapi. Mereka bisa membedakan antara resistensi yang muncul akibat mutasi genetik langka atau perubahan non-genetik. Metode yang mereka kembangkan yang disebut EIRAs (Evolutionary Informed Resistance Assays) diharapkan akan berfungsi sebagai alat dalam pengembangan obat-obatan baru yang lebih personal.
Dengan EIRAs, para peneliti berharap dapat merancang obat yang mengikuti jalur resistensi dari tumor pasien. Saat ini, mereka sedang mencari mitra komersial untuk mengembangkan lebih lanjut teknologi ini, yang mereka yakini dapat diterapkan pada berbagai jenis kanker, bukan hanya kanker usus besar, tetapi juga kanker ovarium dan payudara.
Profesor Trevor Graham dari ICR mengatakan, “Sama seperti bakteri mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, sel kanker juga dapat beradaptasi, regenerasi, dan akhirnya mengalahkan kemoterapi. Melalui teknologi pembelajaran mesin yang kami kembangkan, kami berharap dapat merancang obat baru yang lebih menargetkan sel kanker berdasarkan informasi resistensi yang kami pelajari.”
Sementara itu, Profesor Kristian Helin, CEO dari ICR, menyatakan bahwa penemuan ini diharapkan dapat mengidentifikasi target baru untuk mengatasi kanker ketika resistensi muncul. Ini menunjukkan bahwa integrasi antara mesin pembelajaran, evolusi kanker, dan penemuan obat sangat penting. Hal ini bisa mendorong perkembangan obat yang menawarkan lebih banyak opsi bagi pasien kanker.
Dengan penelitian menggunakan EIRAs, para peneliti berusaha mengatasi masalah resistensi obat pada kanker usus besar untuk mengembangkan terapi yang lebih efektif. Riset ini menunjukkan pentingnya memahami bagaimana kanker berevolusi terhadap pengobatan, agar dapat menciptakan strategi yang lebih baik dalam perang melawan kanker. Harapan besar ada untuk aplikasi teknologi ini dalam merancang obat yang lebih personal dan tepat sasaran di masa depan.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com
Post Comment