Loading Now

Aptamer DNA Pengantar Obat Target Sel Induk Leukemia Yang Sulit Dicapai

Ilustrasi DNA aptamers membawa obat kanker, warna biru dan hijau dengan latar belakang laboratorium.
  • Penelitian oleh Universitas Illinois menunjukkan aptamer DNA dapat membunuh sel induk leukemia.
  • Aptamers tidak hanya mengantarkan obat, tetapi juga bersifat toksik bagi sel kanker.
  • Dua target dalam pengobatan meningkatkan selektivitas dan meminimalkan efek samping.
  • Pengujian menunjukkan bahwa aptamer mengurangi sel kanker di kultur sel hingga 40%.
  • Hasil di tikus menunjukkan dosis yang jauh lebih rendah lebih efektif dibanding dosis standar.

Inovasi dalam Pengobatan Sel Induk Leukemia

Aptamer DNA yang mengantarkan obat memiliki potensi besar dalam menyerang sel induk leukemia yang sulit dijangkau, menurut riset terbaru yang dipimpin oleh Xing Wang dari Universitas Illinois Urbana-Champaign. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Advanced Functional Materials. Wang menekankan bahwa aplamers tersebut tidak hanya mengirimkan obat kanker, tetapi juga memiliki sifat toksik terhadap sel-sel induk kanker itu sendiri, menandai langkah maju dalam pengobatan kanker.

Tantangan dalam Mengatasi Leukemia

Leukemia adalah salah satu jenis kanker yang sangat menantang, terutama karena sel-sel kanker bisa beredar di seluruh tubuh dan tidak bisa diangkat secara bedah. Abhisek Dwivedy, peneliti pascadoktoral dan penulis utama dalam studi ini, menjelaskan bahwa sel induk leukemia, meski hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan sel kanker, memiliki kemampuan untuk menghindari kemoterapi dengan bersembunyi di sumsum tulang. Hal ini membuat kanker ini sangat rentan mengalami kekambuhan, jika sel-sel induk tidak diatasi. “Targeting dan menghilangkan sel-sel induk ini sangat penting karena mereka dapat memicu kekambuhan dan kanker sekunder,” kata Dwivedy.

Menciptakan Target Khusus untuk Terapi Kanker

Dalam penelitian ini, para peneliti berhasil mengidentifikasi aptamer DNA yang dapat menargetkan penanda yang ditemukan di permukaan sel induk leukemia. Mereka menciptakan dua target untuk meningkatkan selektivitasnya, mencari kombinasi yang sering muncul pada sel kanker leukemia dan sel induknya. Wang menambahkan bahwa pencampuran dua target membuat pengobatan kanker lebih efektif, dibandingkan dengan hanya menggunakan satu target yang berpotensi berbahaya bagi sel-sel sehat.

Efektivitas Kombinasi Aptamer dan Obat

Studi ini berhasil menunjukkan bahwa menggunakan aptamer bersama dengan obat daunorubicin sangat efektif. Uji coba menunjukkan bahwa setelah 72 jam, aptamer berhasil mengurangi 40 persen sel kanker dalam kultur sel, dan ketika menunjukkan tindakan obat, hanya dibutuhkan dosis 500 kali lebih kecil dari dosis standar. Di tikus dengan leukemia, kombinasi ini menunjukkan hasil yang sama dengan dosis sepuluh kali lebih kecil dari standar klinis, membuktikan bahwa strategi menggabungkan aptamer dan obat memberikan efek sinergis.

Menuju Terapi yang Lebih Inovatif

Dengan semua hasil positif yang diperoleh, tim peneliti berharap untuk melanjutkan penelitian ini dengan mencari kombinasi penanda untuk jenis kanker lainnya dan mengembangkan lebih banyak aptamer DNA. Dwivedy menjelaskan, “Kemungkinan ini sangat menjanjikan karena kami bisa menargetkan jenis kanker lainnya dengan satu pendekatan ini dalam terapi kanker yang lebih efektif dan tepat sasaran.”Pihak peneliti mencatat bahwa perawatan kanker perlu lebih inovatif untuk menghadapi tantangan seperti ini.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Illinois Urbana-Champaign menunjukkan potensi besar dari aptamer DNA dalam menargetkan sel induk leukemia. Dengan kemampuan untuk mengantarkan obat serta sifat toksiknya, aptamer ini mungkin dapat menjadi solusi baru dalam pengobatan kanker yang sulit ditargetkan. Kemajuan ini memberikan harapan tidak hanya untuk pengobatan leukemia, tetapi juga untuk jenis kanker lainnya di masa depan.

Ines Alvarez is a digital media strategist and journalist who has reshaped online news reporting through innovative storytelling techniques. With a degree from the University of California, Berkeley, Ines utilizes her technological expertise to engage readers through interactive content and immersive narratives. Over a span of ten years, she has covered major events across various platforms, developing a unique voice that resonates with diverse audiences. Ines is also an advocate for journalism education and is often invited to speak at media seminars.

Post Comment