Penyintas Kanker Minim Perbaikan Pola Makan dan Kebiasaan Makan
- Penelitian menunjukkan sedikit perbaikan pola makan pada penyintas kanker.
- Diagnosa kanker tidak meningkatkan kesadaran akan risiko makan sehat.
- Dibutuhkan lebih banyak intervensi diet yang terfokus untuk penyintas kanker.
Temuan Studi Menyoroti Masalah pada Survival Kanker
Penelitian dari UC Irvine Joe C. Wen School of Population & Public Health mengungkapkan bahwa diagnosis kanker tidak serta merta meningkatkan pola makan pasien yang selamat dari kanker. Penelitian ini menunjukkan adanya kekurangan informasi selama proses diagnosis dan perencanaan pengobatan kanker, serta kurangnya pedoman dari penyedia layanan kesehatan. Temuan ini dipublikasikan dalam edisi Juni jurnal Public Health Nutrition, yang mempertegas perlunya pemahaman lebih mendalam tentang perubahan perilaku makan para penyintas kanker.
Kesenjangan dalam Kesadaran Diet dan Perilaku Makan
Dipimpin oleh Yunxia Lu, seorang profesor kesehatan populasi, tim peneliti mengidentifikasi perbedaan kesadaran risiko kanker terkait diet antara penyintas kanker dan individu yang tidak pernah mengalami kanker. Mereka menggunakan Health Information National Trends Survey untuk menganalisis data terkait kesadaran risiko diet seperti konsumsi daging olahan, daging merah, buah, dan sayuran. Sayangnya, hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 82% penyintas kanker dan individu non-kanker tidak memenuhi rekomendasi American Cancer Society untuk konsumsi lebih dari dua hingga tiga cangkir buah setiap harinya.
Kebutuhan Intervensi Diet pada Penyintas Kanker
Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan dalam kesadaran risiko kanker terkait diet dan perilaku makan antara penyintas dan non-penyintas kanker. 75% dari mereka juga gagal memenuhi rekomendasi untuk sayuran. Hemangi Mavadiya, penulis utama, mencatat bahwa meski diagnosis kanker biasanya merupakan ‘momen yang dapat diajarkan’ untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat, masih banyak yang perlu dilakukan dalam hal intervensi perilaku dan diet yang tepat sasaran. Oleh karena itu, mereka meminta penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi kesadaran dan perilaku diet baik sebelum dan sesudah diagnosis kanker.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak cukup ada perubahan pada pola makan penyintas kanker, dan menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih terarah dalam pendidikan diet dan perilaku. Kesenjangan software dukungan kesehatan sangat menjadi sorotan. Untuk masa depan, penting bahwa edukasi gizi sensitif budaya diintegrasikan dalam semua aspek perawatan pasca-kanker untuk menciptakan perubahan yang nyata.
Post Comment