Menargetkan Alveolar Soft Part Sarcoma dengan Terapi Baru
Penelitian terbaru mengungkap mekanisme molekuler di balik alveolar soft part sarcoma (ASPS) dan potensi pengobatan baru menggunakan Palbociclib. Meskipun ASPS resisten terhadap kemoterapi, ia menunjukkan respons baik terhadap imunoterapi. Temuan ini menjadi landasan untuk pengembangan uji klinis dan meningkatkan harapan bagi pasien ASPS.
Keberhasilan pengobatan kanker tertentu sering kali sulit dipahami, terutama untuk kanker langka seperti alveolar soft part sarcoma (ASPS) yang lebih umum terjadi pada anak-anak dan remaja. ASPS muncul akibat penggabungan gen ASPSCR1 di kromosom 17 dan gen TFE3 di kromosom X, yang memicu pembentukan tumor. Meskipun ASPS tahan terhadap kemoterapi standar, pengobatan dengan inhibitor checkpoint menunjukkan respons yang positif, meski tidak ada indikator yang biasa digunakan untuk memprediksi keberhasilan pengobatan ini. Setelah sekitar dua tahun, penyakit ini biasanya akan kembali berkembang. Dokter Matthew Hemming dan timnya berupaya memahami lebih dalam biologi molekuler ASPS. Dengan menggunakan teknologi omics, mereka mengeksplorasi lanskap epigenetik ASPS dan menemukan bahwa protein fusi ASPCR1::TFE3 bertindak sebagai faktor transkripsi. Penelitian ini mengungkap bahwa Cyclin D1, yang berperan dalam siklus sel, dikendalikan oleh ASPCR1::TFE3. Mereka juga menemukan bahwa obat Palbociclib, yang umumnya digunakan untuk kanker payudara, dapat menghambat protein fusi ini. Penelitian ini telah menunjukkan efektivitas dalam model preklinis, membangun dasar untuk percobaan klinis. Melalui penghambatan kompleks Cyclin D1/CDK4, Palbociclib dapat menghentikan siklus sel pada ASPS. Penelitian ini menjadi harapan baru dalam pencarian pengobatan yang efektif untuk ASPS. Dengan memahami mekanisme ASPS, Dr. Hemming menyoroti pentingnya terapi baru yang langsung menargetkan tumor. Penelitian ini memberi dorongan untuk kolaborasi dengan komunitas klinis guna melaksanakan uji coba klinis.
Alveolar soft part sarcoma (ASPS) adalah kanker langka yang utamanya menyerang anak-anak dan remaja, muncul dari penggabungan gen yang terkait dengan fungsi sel. Kanker ini dikenal sulit diobati dengan kemoterapi standar tetapi, anehnya, menunjukkan respons yang baik terhadap imunoterapi meskipun tidak memiliki indikator yang menunjukkan hal tersebut. Penelitian terbaru mencoba membongkar lebih dalam tentang biologinya.
Penelitian oleh Dr. Hemming dan timnya menyoroti potensi Palbociclib sebagai pengobatan untuk ASPS dengan membidik protein fusi ASPCR1::TFE3. Penemuan ini membuka peluang untuk pengembangan terapi baru yang lebih efektif dan kolaborasi dalam uji klinis. Keberhasilan penelitian ini menjadi langkah penting untuk meningkatkan hasil pengobatan bagi pasien ASPS.
Sumber Asli: www.umassmed.edu
Post Comment